Minggu, 27 Juni 2010

Khitan Pada Wanita

Sebenarnya dari tadi lagi cari-cari di google artikel kesehatan tentang metode yang benar cara khitan pada anak perempuan usia 4 tahun-an. waktu Kuliah di FK, memang tidak mendapat pelajaran tentang khitan anak perempuan. Jadi agak bingung ketika ada ummahat yang ingin ana mengkhitan anak perempuannya. Terus terang sejak coass, memang kurang tertarik ilmu bedah/obgyn. Lebih senang yang "hafalan" macam interna atau pediatri ^ ^, padahal sebenarnya bermanfaat banget ya...

Aku bisa nolong partus spontan juga awalnya karena "terpaksa", ketika dulu PTT, di RS ku tidak ada bidannya, jadi "terpaksa" aku yang nolong partus. Masya ALLOH, benar-benar suatu hal yang membuatku selalu "susah tidur", ketika harus nolong partus, (mungkin lain kali bisa kuceritakan di postingan yang lain, insya ALLOH ).

Kembali ke soal khitan anak perempuan, dulu memang aku pernah "sedikit" dikasi tahu bidan di suatu RB di solo, cara khitan anak perempuan. Tapi karena emang "nggak niat pingin bisa" (hehehe), nggak terlalu kupahami penjelasannya.
Sedikit bertanya dengan bidan/perawat di sini yang biasa khitan anak perempuan, kayaknya "masih kurang sreg juga". Akhirnya kuberusaha cari di google. Tapi memang tidak ada penjelasan secara komplit.

Malah aku menemukan artikel yang menarik seputar khitan anak perempuan yang ditulis dr. Tonang, Dosen Patologi Klinik FK UNS.
------------------------------------------------------------------------------------
Medikalisasi Khitan Pada Bayi Perempuan

Bila terjadi kontroversi seputar sirkumsisi pada anak/bayi laki-laki, nampaknya semua mudah sepakat tentang sunat pada bayi perempuan. Pada beberapa komunitas, dilakukan praktek sunat perempuan yang diserupakan dengan sirkumsisi pada laki-laki. Karena klitoris merupakan “kembaran” penis, maka kulit di sekitar klitoris juga harus dibuang, seperti membuang preputium. Bahkan ada yang sampai memotong klitorisnya itu sendiri.


WHO mencatat ada 4 tipe female genital mutilation. Tindakan “memotong kulit di sekitar klitoris” (yang sejenis dengan preputium pada penis) merupakan tipe paling ringan. Sulit dibayangkan bagaimana kondisi dari tipe-tipe yang lebih berat.

Tindakan ini tidak dikenal sama sekali dalam dunia medis. Pemotongan atau pengirisan kulit sekitar klitoris apalagi klitorisnya sangat merugikan. Tidak ada indikasi medis untuk mendasarinya. Seorang bidan di Jawa Barat pernah mengulas tentang hal ini karena menemukan bekas-bekasnya pada pasiennya. Kenyataannya memang ada kelompok yang meyakini bahwa anak perempuan pun diwajibkan menjalani khitan. Dan praktek tersebut dilakukan juga, bahkan di pusat-pusat pelayanan kesehatan.

Sekitar 1 tahun lalu, Kementrian Pemberdayaan Wanita mengeluarkan seruan untuk menghentikan medikalisasi sunat perempuan. Namun, saya memandang seruan ini harus dikaji secara komprehensif.

Praktek sunat pada perempuan (SP) sudah ada sejak jaman sebelum masehi. Penelitian anthropologi mendapatkan praktek tersebut pada mummi mesir yang justru ditemukan pada kalangan kaya dan berkuasa, bukan oleh rakyat jelata. Ahli antropologi menduga pada jaman kuno sunat untuk mencegah masuknya roh jahat melalui vagina.

Survei epidemiologi WHO menemukan beberapa alasan melakukan SP seperti identitas kesukuan, tahapan menuju wanita dewasa, pra-syarat sebelum menikah juga pemahaman seperti klitoris merupakan organ kotor, mengeluarkan sekret berbau, mencegah kesuburan atau menimbulkan impotensi bagi pasangannya. Banyak hal medis terkait dengan alasan FGM ini kemudian terbukti salah.

Sebagai dokter saya mendapati praktek SP bukan monopoli mereka yang “terbelakang”. Saat ini tidak sedikit keluarga muda, sarjana, bekerja dan hidup di perkotaan, justru bersemangat melakukannya terhadap anaknya, bahkan meski mereka sendiri di masa kecilnya tidak mengalaminya. Semangat menjalankan agama nampaknya berpengaruh dalam hal ini.

Menurut berita tersebut, medikalisasi harus dilarang meskipun filosofinya adalah mengurangi risiko kesehatan daripada dilakukan oleh bukan tenaga medis. Langkah ini dianggap berbahaya karena menggunakan peralatan seperti pisau, jarum dan gunting.

Memang, sekilas gambaran medikalisasi SP menakutkan karena penggunaan-penggunaan alat-alat seperti itu. Tetapi yang saya ketahui dan pernah baca di media, yang dilakukan adalah membuat perlukaan kecil pada daerah klitoris. Bahkan, banyak yang hanya mempraktekkan “sunat psikologis” dimana sekedar ditoreh sedikit dengan ujung jarum, keluar setetes darah, dan orang tua pasien sudah puas. Bahkan kadang, seperti yang juga saya lakukan selama bekerja di klinik Ibu-Anak dulu, hanya di”sandiwara”kan dengan meneteskan cairan antiseptik sewarna darah, yang sekaligus diteruskan dengan pembersihan daerah sekitar klitoris.

Perlu disadari, dalam hal ini kita berhadapan dengan orang tua yang merasa memiliki kewajiban untuk melakukan tindakan tersebut terhadap anaknya. Ketika ini sudah berkaitan dengan soal keyakinan agama, maka persoalannya tidak lagi sederhana, yang berujung pada perilaku kesehatan. Rasanya kita semua mengerti bahwa menghadapi masalah perilaku, tidak sekedar soal larang-melarang.

Yang menarik, sebenarnya tuntunan agama dalam hal ini pun menyebutkan “Sentuh sedikit saja dan jangan berlebihan, karena hal itu penyeri wajah dan bagian kenikmatan suami“. Bukankah berarti menjadi cocok dengan pilihan para petugas medis yang hanya “menorehkan” sedikit luka tersebut? Dan bukankah berarti praktek yang sampai beberapa tipe tersebut sebenarnya tidak dilandasi pemahaman agama yang tepat?

Soal kesehatan reproduksi wanita ditonjolkan oleh kelompok “penentang” SP, tetapi bagaimana dengan makin maraknya body-piercing bahkan terhadap alat kelamin di kalangan wanita? Kalau soal hak menentukan pilihan sendiri yang berikutnya ditonjolkan, bukankah sunat perempuan pun merupakan pilihan sendiri sesuai keyakinannya? Bagaimana juga kalau dipertanyakan kewajiban negara untuk melindungi kebebasan warganya menjalankan keyakinan agamanya sebagai bagian dari hak asasi manusia?

WHO sendiri memang juga berpendapat tidak boleh ada praktek FGM oleh tenaga kesehatan. Tetapi European Journal of Obstetrics and Gynecology bulan Oktober 2004 lalu menganalisa bahwa usaha terbaik untuk mengatasi praktek sunat perempuan harus berupa pendekatan yang non-direktif, sesuai dengan kultur lokal dan dari banyak sisi (multi-factes).

Wujudnya berfokus pada peranan kelompok masyarakat itu sendiri dalam mensikapi praktek FGM, dengan muaranya adalah munculnya keputusan mandiri, bukan atas program dari luar.

Pengalaman di beberapa negara, pendekatan legal-formal secara direktif justru menimbulkan resistensi. Bisa dibayangkan kalau tenaga medis benar-benar dilarang “melayani” sunat perempuan, bukankah justru membuka lebih lebar peluang praktek secara “tradisional”.

Pengalaman di Kenya menunjukkan, justru melalui medikalisasi secara perlahan bisa dicapai pemahaman masyarakat yang lebih proporsional soal SP. Sebagian masyarakat memang tetap menganggapnya sebagai kewajiban, tetapi kepedulian terhadap risiko kesehatan membuat mereka lebih berhati-hati. Wujudnya dengan memilih tipe FGM yang berisiko minimal (tipe paling ringan atau sekedar sunat-psikologis), bahkan masih ditambah meminta injeksi anti-tetanus sebagai tindakan pencegahan.

Penggunaan jarum, pisau atau gunting oleh tenaga medis disamping prosedur tindakan yang memenuhi prinsip aseptik dan anti-septik, tidak bisa dibantah akan meminimalkan risiko kesehatan. Bukankah ini juga yang dikehendaki bersama?

Yang harus diatur, menurut penulis, justru tidak boleh ada praktek sunat perempuan bukan oleh tenaga yang tersertifikasi. Selanjutnya kepada tenaga medis diterbitkan aturan standar praktek sunat perempuan, dengan mengacu pada risiko minimal. Bukankah alasan ini pula yang mendasari sikap Depkes soal pengaturan tindakan aborsi?

Lebih jauh lagi, para tenaga medis bisa memberikan banyak penjelasan soal kesehatan reproduksi, terutama bagi wanita. Para orang tua lebih bisa menerima penjelasan ini, karena tenaga medis tidak harus menunjukkan “resistensi” terhadap keinginan mereka memenuhi kewajiban sunat bagi anaknya. Pengalaman di beberapa negara, kondisi positif seperti ini justru tidak bisa diperoleh kalau pelayanan sunat perempuan oleh tenaga medis di larang pemerintah. Bahkan tidak jarang usaha penyuluhan dianggap sebagai usaha merusak kebudayaan lokal.

Kita sebenarnya memiliki banyak pengalaman soal pendekatan yang culture-spesific misalnya mensikapi kebiasan footbinding (gedhong, bedhong) terhadap kaki bayi-bayi yang dulunya juga dilandasi soal “kemuliaan wanita”. Secara perlahan orang tua lebih proposional memandang kebiasaan tersebut dengan pemahaman yang tepat.

Sementara itu, pendekatan multi-facets harus melibatkan pihak-pihak seperti organisasi keagamaan, mengingat bagaimanapun itu alasan yang mendominasi praktek sunat perempuan di Indonesia, agar diperoleh kesamaan pandangan agama soal sunat perempuan. Kurikulum kesehatan reproduksi yang marak diusulkan juga wahana yang baik untuk mendidik pemahaman masyarakat.

Muara dari langkah tersebut, pada akhirnya masyarakat akan mampu membuat keputusan sendiri soal sunat perempuan. Dalam proses menuju kesana, tindakan seperti melarang tenaga medis melayani sunat perempuan, hanya akan menjadikan batu sandungan. Alih-alih mampu menghentikan, bukan tidak mungkin justru menjadi bumerang.

Sumber : http://tonang.staff.uns.ac.id/medikalisasi-khitan-pada-bayi-perempuan/2006/04/12

Kamis, 24 Juni 2010

Teknik Menyusui Yang Baik Dan Benar


Teknik menyusui yang baik dan benar perlu mendapat perhatian, karena sangat menentukan keberhasilan dalam mempertahankan menyusui dan memeperbanyak produksi ASI

POSISI IBU MENYUSUI
  • Duduklah dengan posisi yang enak dan santai, kalau perlu pakailah kursi yang ada sandaran punggung dan lengan.
  • Gunakan bantal untuk mengganjal bayi, agar bayi jarak bayi tidak terlalu jauh atau tanpa bantal, agar kulit bayi dapat tersentuh kulit tangan ibu.
  • Dapat dilakukan dengan posisi berdiri maupun dengan berbaring.


MEMASUKKAN PUTING SUSU
  • Bila menyusukan mulailah dengan payudara yang sulit dulu.
  • Letakkan kepala bayi pada salah satu siku bagian dalam lengan menghadap ibu dan telapak tangan menyangga bokong / pantat bayi.
  • Sanggahlah payudara dengan tangan yang lain dengan keempat jari di bawahnya, dan ibu jari di atasnya, tetapi tidak di atas bagian yang berwarna hitam (areola mammae)
  • Sentuhlah mulut atau sekitar mulut dengan puting susu untuk merangsang mulut bayi mencari puting susu (merangsang mulut bayi terbuka).
  • Tunggu sampai mulut bayi membuka mulut lebar-lebar
  • Masukkan puting susu secepatnya kedalam mulut sampai daerah bulatan berwarna hitam.

MELEPASKAN HISAPAN BAYI
  • Setelah selesai menyusukan bayi selama 10 menit lepaskanlah isapan bayi dengan cara:
  • Masukkan jari kelingking anda yang bersih ke sudut mulut bayi.
  • Menekan dagu bayi ke bawah memakai ibu jari untuk membuka mulut bayi.
  • Jangan menarik puting susu untuk melepaskannya

MENYENDAWAKAN
Setelah hisapan bayi dilepaskan sendawakan bayi sebelum menyusukan dengan payudara yang lain
Caranya:
Sandarkan bayi di pundak ibu kemudian tepuklah punggungnya dengan pelan sampai keluar sendawa.
Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu sambil digosok punggungnya

APAKAH TANDA – TANDA TEKNIK MENYUSUI TELAH BAIK DAN BENAR
Bayi cukup tenang
Mulut bayi terbuka lebar
Bayi menempel betul pada ibu.
Mulut dan dagu bayi menempel pada payudara
Sebagian besar areola tertutup mulut bayi.
Bayi nampak menghisap dengan kuat.
Kuping dengan lengan bayi berada pada satu garis.

PROSEDUR PENATALAKSANAAN EKLAMPSIA

A.Definisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa
nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsia. ( Hipertensi, edema, proteinuria).

B.Patofisiologi
Sama dengan pre-eklampsia, dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati,
ginjal, otak, paru dan jantung,yakni terjadinya nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut.

C.Gejala Klinis
Kehamilan > 20 minggu, atau saat persalinan atau masa nifas
Tanda-tanda pre eklamsia (hipertensi, edema dan proteinuria).
Kejang-kejang dan/atau koma.
Kadang-kadang disertai dengan gangguan fungsi organ-organ


D.Pemeriksaan Dan Diagnosis
Berdasarkan gejala klinis di atas.
Pemeriksaan laboratorium
  • adanya protein dalam air seni
  • fungsi organ, hepar, ginjal, jantung
  • fungsi Hematologi – Hemostasis
Konsultasi dengan disiplin lain kalau dipandang perlu
  • Kardiologi
  • Optalmologi
  • Anestesiologi
  • Neonatologi

E.Diagnosis Banding
Kehamilan disertai kejang oleh karena sebab-sebab yang lain , misal:
• “Febrile convulsion” ( panas + )
• Epilepsi ( anamnesa epilepsi + )
• Tetanus ( kejang tonik/kaku kuduk )
• Meningitis/ensefalitis ( pungsi lumbal )

F.Prosedur Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan
a.Menghentikan kejang-kejang yang terjadi dan mencegah kejang-kejang ulangan
b.Mencegah dan mengatasi komplikasi
c.Memperbaiki keadaan umum ibu maupun anak seoptimal mungkin
d.Pengakhiran kehamilan / persalinan mempertimbangkan keadaan ibu

Pengobatan
1.Obat obat untuk anti kejang.
MgS04 (Magnesium Sulfat).
Dosis awal: 4 gr 20% iv pelan-pelan selama 3 menit atau lebih, disusul 10 gr 50% i.m. terbagi pada bokong kanan dan kiri.
Dosis ulangan: tiap 6 jam diberikan 5 gr 50% i.m diteruskan sampai 6 jam pasca persalinan atau 6 jam bebas kejang

Syarat :
-reflek patela harus positip
-tidak ada tanda-tanda depresi pernapasan (respirasi > 16 kali/menit)
-produksi urine tidak kurang dari 25 cc/jam atau 600 cc/hari

Apabila ada kejang-kejang lagi, diberikan MgS04 20%, 2 gr i.v pelan-pelan.
Pemberian i.v ulangan ini hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi, maka diberikan Pentotal 5 mg/kg BB /i.v pelan pelan.

Bila ada tanda-tanda keracunan, MgS04 diberikan antidotum Glukonas Kalsikus 10 g%.l0cc i.v pelan-pelan selama 3 menit atau lebih.
Apabila sudah diberi pengobatan diazepam sebelumnya tetapi tidak adekuat, maka dilanjutkan pengobatan dengan MgS04.

2.Mencegah komplikasi
Obat obat anti hipertensi
Bila sistole > 180 mmHg atau diastole > 110 mmHg digunakan injeksi 1 ampul Klonidin (lihat preeklamsia berat)

Diuretika
Obat obat diuretika hanya diberikan atas indikasi:
-edema paru-pani
-kelainan fungsi ginjal (apabila faktor pre renal sudah diatasi) diberikan furosemid inj. 40 mg/i.m

Kardiotonika
Diberikan atas indikasi :
-adanya tanda-tanda payahjantung
-edema paru
Diberikan digitalisasi cepat dengan Cedilanid

Antibiotik : di berikan Ampisilin 3 x 1 gr/iv
Antipiretik : Xylomidon 2 ccc/im dan/atau kompres dingin

3.Memperbaiki keadaan umum ibu
a.Infus RD5% / Dextran
b.Pasang CVP untuk:
pemantauan keseimbangan cairan (pertimbangan pemberian Low Mol Dextran)
Pemberian kalori (Dekstrosa 10%)
koreksi keseimbangan asam-basa (pada keadaan asidosis maka diberikan
c. Na.bic/Meylon 50 mm eq/i.v)

4.Pengakhiran kehamilan/persalinan
Setelah penderita tenang lebih kurang 15 menit setelah pemberian obat anti kejang dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai 'Glasgow - Pitts burg Coma Scale'
diukur suhu rectal dan kadar hemoglobin/hematokrit
dipasang kateter tetap dan diukur jumlah urine dan dilakukan pemeriksaan albumin
palpasi dan auskultasi, serta pemeriksaan dalam (VT) untuk evaluasi
pemberian obat-obatan lainnya yang diperlukan

Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilitasi (pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu yang dicapai dalam 44 jam setelah salah satu keadaan dibawah ini:
setelah pemberian obat anti kejang terakhir
setelah pemberian obat anti hipertensi

Seyogyanya dilakukan penelitian "vital sign"
Skor Vital Sign :
Bila skor total 10 atau lebih, saat yang optimal untuk mengakhiri persalinan / tindakan persalinan.
Bila skor total 9 atau ada nilai (1 ) sebanyak dua atau lebih, dimohon konsul pada staf untuk penentuan tenninasi atau tidak.
Bila skor 8 atau kurang, persalinan ditunda, kalau selama 6 jam tdak ada perbaikan maka persalinan pervaginam dipertimbangkan untung ruginya.

5.Pemeriksaan obstetrik yang lain
a.Apabila pada pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan pervaginam dipenuhi maka dilakukan persalinan tindakan dengan trauma yang minimal.
b. Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif langsung dilakukan amniotomi selanjutnya diikuti sesuai dengan kurva dari Friedman, bila ada kemacetan dilakukan seksio sesar.
c.Tindakan seksio sesar dikerjakan pada keadaan-keadaan :
  • Penderita belum inpartu
  • Fase laten
  • Gawat janin
  • Tindakan seksio sesar dikerjakan dengan mempertimbangkan keadaan kondisi ibu.

G.Komplikasi
1.Ibu :
  • CVA ( Cerebro Vascular Accident )
  • Edema paru
  • Gagal ginjal
  • Gagal hepar
  • Gangguan fungsi adrenai
  • DIC ( Dissemined Intrevasculer Coagulopaathy )
  • Payah jantung

2.Anak :
  • Prematuritas
  • Gawat janin
  • IUGR (Intra.Uterine Growth Retardation)
  • Kematianjanin dalam rahim

H. Perawatan Selanjutnya Adalah Sebagai Berikut
1.Dilakukan observasi dan tekanan darah,Nadi, Suhu rektal, Pernapasan (frekwensi),tingkat kesadaran.
2.Pada 1 jam pertama diperiksa setiap 15 menit untuk selanjutnya tiap 1 jam sekali
3.Pemeriksaan Laboratorium .
4.Setelah persalinan dicatat tingkat kesadaran pada 15 menit, 1 jam, dan 6 jam.


Referensi
Panduan Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan di Indonesia. POGI Edisi 1985, Satgas Gestosis.

Cunningham M.D. , Mac.Donald P.C., Gamt N.F : Hypertensive Disorders in Pregnancy. William Obstetrics 18th ed. 653 – 69A, 1989.

Sibai B.M : Management and Counseling or Patients with Pre eclampsia remote from term. Clinical and Gynecology Vol. 35 No. 2, 426 – 435, June 1992.

Sibai B.M : Management of Pre eclampsia. Clinics in Perinatology Vol. 18, No. 793 – 808, December 1991.

Smith J.A., Davey D.A., Davies N., Lindow S.W : The effect sublingual nifedipine on utero placental bloodflow in hypertensive pregnancy. British Journal of Obs.Gyn, Vol.95, 1276 – 1281, December 1988.

Tupper WRC, Martin Tr : the management of severe toxemia in patient at less16 weeks gestation. Obtetrics & Gynecology Vol. 54, No.5, 602 – 605, November 1979.

Walker JJ : Antihypertention therapy in pregnancy, pre eclampsia and eclampsia. Clinics in Perinatology Vol. 18, No. 4 : 845 – 873, December 1991.

Sumber :
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/07/prosedur-penatalaksanaan-eklampsia.html

Rabu, 23 Juni 2010

Mengenal Gagal Ginjal

Apakah fungsi ginjal ?
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin (air seni), yang kemudian dikeluarkan dari tubuh.

Apakah gangguan fungsi ginjal (gagal ginjal) ?
- keadaan penurunan fungsi ginjal
- penimbunan racun dan sampah metabolisme
- berat ringannya gejala tergantung kerusakan ginjal yang terjadi

Bagaimana gejala gagal ginjal ?
Gagal ginjal akan menimbulkan kumpulan gejala yang disebut sindroma uremi berupa mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala, lemah, sering masuk angin, sesak nafas, kembung, diare, pucat, kulit/rambut kering, muka sembab, sering “ceguken”. Mula-mula sering kencing pada malam hari, kemudian kencing berkurang atau sama sekali tidak kencing. Pada keadaan berat terdapat penurunan kesadaran disertai kejang-kejang.


Ada berapa macam gagal ginjal ?
- gagal ginjal akut (GGA)
O timbul mendadak
0 bila dikelola dengan baik akan sembuh sempurna

- gagal ginjal kronik
o terjadi perlahan-lahan
o tidak dapat sembuh
o dengan berobat teratur, dapat menghambat memburuknya fungsi ginjal

Apa penyebab gagal ginjal ?
- Gagal ginjal akut
o penyebab pre renal : muntaber , perdarahan, luka bakar yang luas
o penyebab renal
§ glomerulonefritis akut (muka sembab, kaki bengkak, tekanan darah meningkat, kadang disertai nyeri pinggang dan kencing berwarna merah.
§ Keracunan obat
o Penyebab post renal
§ Sumbatan saluran kemih (batu, tumor, bekuan darah, dsb)
§ Ditandai nyeri pinggang hebat seperti diremas-remas, kadang-kadang kencing berwarna merah, berkurang atau sama sekali tidak kencing

- Gagal ginjal kronik
o Glomerulonefritis kronik
(muka sembab, kaki bengkak, tekanan darah tinggi, kencing berkurang hilang timbul)
o Diabetes mellitus o Hipertensi o Batu ginjal o Obat-obatan

Untuk mencegah terjadinya gagal ginjal, apabila anda menjumpai keadaan seperti tersebut diatas, segeralah berkonsultasi ke dokter.

Penatalaksanaan gagal ginjal
konsultasi : diet, obat-obatan dan kontrol teratur
terapi ginjal pengganti (TGP), dilakukan bila cara konservatif tak berhasil

Terapi ginjal pengganti (TGP)
cangkok ginjal
dialisis :
peritoneal dialisis
hemodialisis

Prinsip dialisis :

Bila 2 macam cairan dengan kepekatan yang berbeda dibatasi oleh membran semipermeabel maka oleh karena proses konveksi dan difusi, kepekatan cairan akan berubah.
Cairan yang kurang pekat akan menjadi lebih pekat dan yang pekat menjadi kurang pekat

Peritoneal dialisis
Pada peritoneal dialisis, sebagai membran semipermeabel adalah peritoneum (selaput perut).
Cairan dialisat adalah cairan yang mempunyai komposisi zat terlarut yang mirip dengan plasma darah.
Cara : cairan dialisat dialirkan ke dalam rongga perut, dibiarkan selama 30 menit di dalam rongga perut. Disini terjadi proses konveksi dan difusi, sehingga sampah metabolisme dan racun tubuh akan berpindah ke cairan dialisat; kemudian cairan dialisat dikeluarkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai sampah metabolisme dan racun tubuh berkurang.

Hemodialisis (Cuci darah)

adalah suatu cara untuk memisahkan darah dari sampah metabolisme dan racun tubuh bila ginjal sudah tak berfungsi. Disini digunakan ginjal buatan yang berbentuk mesin hemodialisis.

Cara kerja :
Darah dikeluarkan dari tubuh melalui pipa-pipa plastik menuju mesin ginjal buatan (mesin hemodialisis). Setelah darah bersih dari sisa metabolisme dan racun tubuh, darah akan kembali ke tubuh. Pada GGA dilakukan hemodialisis sampai fungsi ginjal membaik. Pada GGK berat, dilakukan hemodialisis 2-3 kali seminggu, diulang seumur hidup atau sampai dilakukan cangkok ginjal.

Sumber : Artikel "Fungsi Ginjal", Bagian hemodialisa RSUD dr M Ashari Pemalang

Rabu, 16 Juni 2010

Desaku Hijau

Teruntuk Khansa dari ammah di Pemalang

Sebuah Desa di Kaki Gunung Slamet

Kamis, 10 Juni 2010

Empat Perkara

2 hal yang harus selalu di-ingat yaitu, kematian dan dosa.

2 hal yang harus selalu dilupakan yaitu, perbuatan baik kita kepada orang lain dan perbuatan buruk orang lain kepada kita.

(Sebuah Nasehat dari Hati Bening)

Keutamaan Menanam

Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ

"Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya" [HR. Muslim dalam Al-Musaqoh (3945)].

Al-Imam Abu Zakariyya Yahya Ibn Syarof An-Nawawiy -rahimahullah- berkata menjelaskan faedah-faedah dari hadits yang mulia ini, "Di dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan menanam pohon dan tanaman, bahwa pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir) selama pohon dan tanaman itu ada, serta sesuatu (bibit) yang lahir darinya sampai hari kiamat masih ada. Para ulama silang pendapat tentang pekerjaan yang paling baik dan paling afdhol. Ada yang berpendapat bahwa yang terbaik adalah perniagaan. Ada yang menyatakan bahwa yang terbaik adalah kerajinan tangan. Ada juga yang menyatakan bahwa yang terbaik adalah bercocok tanam. Inilah pendapat yang benar. Aku telah memaparkan penjelasannya di akhir bab Al-Ath’imah dari kitab Syarh Al-Muhadzdzab. Di dalam hadits-hadits ini terdapat keterangan bahwa pahala dan ganjaran di akhirat hanyalah khusus bagi kaum muslimin, dan bahwa seorang manusia akan diberi pahala atas sesuatu yang dicuri dari hartanya, atau dirusak oleh hewan, atau burung atau sejenisnya". [Lihat Al-Minhaj (10/457) oleh An-Nawawiy, cet. Dar Al-Ma'rifah, 1420 H]

Rabu, 02 Juni 2010

Pilihan Hidup

Betapa berat ketika harus memilih
Ketika hati berharap kepada sesuatu

Berharap yang terbaik atas pilihan ini...
Hanya menyerahkan kepada Alloh yang terbaik untuk diri ini
Apapun takdir yang terjadi...
Semoga hal tersebut membawa kebaikan kepada Agamaku

(dibuat ketika hati sedang gundah..)

Selasa, 01 Juni 2010

Mutiara-Mutiara Yang Tersembunyi...

Ada seseorang laki-laki yang awam mengatakan, “Kenapa sih para perempuan berpakaian seperti itu, sudah tebal, gelap, tertutup semuanya lagi tidak kepanasan apa, buat risih yang melihatnya..!” ada lagi perempuan yang awam juga mengatakan, “Huh! Sok banget pakai pakaian seperti itu, muna! Padahal hatinya sama saja busuk juga! Pakaian itu Cuma buat kedok saja!” dan banyak lagi perkataan lainnya yang sering penulis dengar dari mulut mereka yang tidak memahami hukum-hukum dalam agamanya. Sungguh penulis merasakan kombinasi perasaan antara kasihan dan sedih mendengar perkataan-perkataan seperti ini.

Dengan memohon ampun kepada Allah Ta’ala dan mendoakan kebaikan bagi mereka yang masih awam penulis menjawab, “Wahai saudaraku! Mereka ini seperti mutiara-mutiara tengah pasir!” Mereka bertanya, “Maksud anda apa? Apakah kami ini pasir-pasirnya?” Penulis menjawab, “Benar, keutamaan perempuan yang berpakaian gamis tebal itu bagaikan mutiara di antara pasir, di tengah-tengah kalian!” mereka kembali bertanya, “Kenapa bisa begitu?” Penulis menjawab, “Karena keutamaan mereka di hadapan Allah Ta’ala, karena keridhaan mereka terhadap syari’at Allah Ta’ala, karena kesungguhan mereka dalam menjaga kehormatan mereka di hadapan manusia!”



Dari merekalah akan terdidik generasi-generasi muda Islam yang bertaqwa kepada Allah Ta’ala, dari merekalah akan kita harapkan anak-anak kita menjadi shalih dan shalihah, maka jika engkau mengambil mutiara itu dan membawanya kerumahmu, maka akan engkau dapati dia adalah hal yang terindah dalam rumahmu. Dari wanita shalihah seperti ini engkau bisa berbagi sedih dan ceria maka dapatilah dia sebagai teman terbaik dalam hidupmu..

Wanita shalihah juga mampu tampil sebagai gurumu dalam mempelajari ilmu-ilmu agama yang syar’i, sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tampilah dia sebagai guru yang penuk kasih sayang..

Inilah sosok putri Sa’id bin Musayyib manakala suaminya datang kepadanya, suaminya (Abu Wida’ah) adalah salah seorang murid dari ayahnya sendiri. Saat menjelang waktu Subuh, suaminya mengambil sorbannya karena hendak keluar. Sang istri pun bertanya kepadanya, “Mau kemanakah engkau?” Abu Wida’ah menjawab, “Aku hendak pergi ke majelis Sa’id untuk menuntut ilmu,” Lalu sang istri itu berkata, “Duduklah, aku akan mengajarkan ilmu Sa’id kepadamu.” [Al-Madkhol, Imam Ibnul Hajj (1/215)]

Duhai alangkah indah dan mulianya majelis ini, ketika seorang istri yang shalihah lagi faqih mengajarkan ilmu agama kepada suaminya yang tekun menuntut ilmu, semoga Allah merahmati suami istri yang selalu bersama berusaha memperbaiki diri dan keluarga untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala. Jika majelis-majelis seperti ini selalu ada dalam rumah tangga kaum muslimin maka darimanakah keburukan itu bisa bermula? Maka mutiara-mutiara itu selalu menjadi impian bagi laki-laki yang shalih, mutiara-mutiara yang begitu bersih, bercahaya seperti mentari pagi yang menghangatkan bumi ini... dan mutiara-mutiara itu tersebunyi ... di balik hijabnya.

Inilah kisah sebuah mutiara lain yang tersembunyi dan berkilau di antara pasir-pasir manusia, “Seseorang membacakan Kitab Al-Muwaththo’ kepada Imam Malik rahimahullah. (Sedangkan Putri Imam Malik berada di balik pintu untuk mendengarkan bacaan itu), apabila bacaan si pembaca itu keliru, atau ia menambahi atau mengurangi bacaan tersebut, maka putri Imam Malik langsung mengetuk dari balik pintu. Lalu ayahnya (Imam Malik) berkata kepada si pembaca, “Ulangilah, karena bacaanmu keliru.” Si pembaca pun mengulanginya, maka ia menemui kekeliruannya tersebut.” [Al madkhol (1/215)]

Maka wanita-wanita shalihah yang menjadi lautan ilmu ini membasahi kekeringan bagi manusia-manusia yang merindukan ilmu syar’i, mereka termasuk dalam barisan wanita-wanita ahli ilmu yang namanya harum dalam sejarah manusia, harum semerbak tanpa menimbulkan fitnah, memukau hati dan jiwa..

‘Amroh adalah seorang wanita dari kaum Anshar, dari Bani Najjar, dari Madinah, seorang wanita yang faqih, belajar dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dan merupakan murid ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Ayyub bin Suwaid meriwayatkan dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Al-Qosim bin Muhammad bahwa beliau berkata kepadaku, “Wahai anak muda! Aku melihat engkau sangat senang menuntut ilmu, maukah engkau aku beritahu sumber ilmu yang banyak?” Aku menjawab, “Tentu saja aku mau.” Dia berkata lagi, “Datangilah ‘Amroh, karena ia berada dalam bimbingan langsung ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.” Kemudian dia melanjutkan, “Lalu aku pun mendatanginya dan aku mendapatkan ilmu yang banyak darinya.” [Siyar A’lami ‘n-Nubala’ (4/507-508)]

Wahai saudaraku ikhwani fillah, wahai laki-laki yang mengharapkan keselamatan dan keindahan dalam rumah tangganya, mutiara-mutiara ini tersembunyi dari pandangan manusia, indah berkilau di rumah mereka tak tersentuh pandangan-pandangan kotor laki-laki yang memiliki penyakit dalam hatinya. Mutiara ini teramat mahal dan tak ternilai harganya, mereka adalah perhiasan terindah di dunia ini.

Mutiara-mutiara ini tidak akan tertarik dengan keindahan dunia yang engkau miliki, harta yang berlimpah tidak menyilaukan matanya, wajah yang rupawan bukanlah impiannya, kedudukan dan jabatan tak pernah menjadi tujuannya, hanya seorang laki-laki sederhana yang shalih, seorang penuntut ilmu yang tak pernah letih dalam usahanya, dan seorang lelaki yang merindukan jannah yang kelak akan mampu mengisi hari-hari mutiara-mutiara ini.

Jika engkau ingin mendapatkan mutiara ini wahai saudaraku! Maka jadikanlah dirimu layak untuk mendapatkannya, bukan dengan harta berlimpah dan kedudukan yang tinggi, namun uluran tangan menuju kepada keridhaan Allah Ta’ala yang mampu membawanya dengan ikhlas dan rela, yang mampu melindungi kilauannya dari pandangan jahat manusia, yang mampu merawat kilauannya hingga akhirnnya, mutiara ini merindukan kehidupan sederhana yang diisi dengan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah mutiara yang tersembunyi dalam hijab tebal dan gelap, tersembunyi hingga engkau yang shalih kelak diizinkan membawanya...

Wallahu a’lam bish showab

Oleh Andi Abu Najwa
(Dari Bengkel Akhlak Sunnah)