Rabu, 28 Juli 2010

Mendulang Pelajaran Akhlak Dari Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr Hafizhahulloh (Nasihat Bagi Salafiyyin)

Resensi Kitab “Sepenggal Catatan Perjalanan Dari Madinah Hingga Ke Radio Rodja
Karya Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja, Lc.


PROLOG

Semangat beribadah terkadang memudar, semangat menuntut ilmu terkadang menyurut. Padahal, dalil akan keutamaan menuntut ilmu telah banyak dihafalkan. Demikianlah, jiwa terkadang dijangkiti rasa malas dan diserang rasa bosan.

Sungguh, betapa banyak orang yang akhirnya kembali bersemangat, bahkan lebih bersemangat dari sebelumnya dan terdorong untuk mencapai derajat yang tinggi disebabkan sejarah yang dibacanya, dikarenakan cerita yang didengarnya. Terlebih lagi jika itu adalah cerita teladan yang didengarnya. Terlebih lagi jika itu adalah cerita teladan yang didengarnya atau dibacanya dari orang yang hidup di zamannya.

Terkadang, jiwa tatkala diceritakan sejarah para sahabat atau para salafush shalih maka jiwa tersebut akan berbisik seraya mengeluh, “Itukan cerita orang-orang dulu ? Masanya kan berbeda ? Kita sekarang berada di zaman penuh fitnah, zaman dimana kita sangat membutuhkan materi dan tentunya tidak bisa disamakan dengan zaman salafush shalih”.

Demikianlah, jiwa selalu mencari-cari alasan untuk bisa melegitimasi kekurangan yang ada padanya. Namun, bagaimana jika cerita teladan tersebut tentang seorang yang ada dizamannya … ? Terlebih lagi, orang tersebut ternyata masih hidup dan pernah dia temui … ? Dan ternyata kita menimba ilmu darinya … ? Tentunya hal ini akan lebih membekas dan memberi perubahan positif terhadap jiwa…

PRIBADI YANG ENGGAN DIPUJI

Ternyata keikhlasan memang perkara yang sangat mahal harganya. Lebih berat lagi adalah menjaga keikhlasan setelah memperolehnya…

Syaikh abdurrozaq pernah menjadi moderator saat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menyampaikan nasihat kepada para mahasiswa Universitas Islam Madinah. Syaikh Abdurrozzaq memulai moderasinya dengan kalimat: “Alhamdulillah, pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan mendengarkan muhadharah yang akan disampaikan oleh ‘Al-Allamah’ Muhammad bin Shalih …”

Tiba-tiba, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menimpali dengan suara yang lantang: “Uskut !!!”

Syaikh Abdurrozaq tersentak mendengar kalimat syaikh Muhammad yang memintanya diam. Beberapa saat kemudian barulah beliau sadar bahwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin tidak ridha jika digelari dengan ‘Al-Allamah’, orang yang sangat ‘alim…

Menolak Penulisan Gelar & Menolak Tersohor
……….

Menyembunyikan Tangis Untuk Menjaga Keikhlasan
……….

Uang Ini Bukan Dari Saya, Tapi Dari Orang Lain
……….

PERHATIAN BELIAU TERHADAP AMAL

Bahwasanya ilmu itu hanya memberi 2 pilihan dan tidak ada pilihan ketiga, yaitu Menjadi pembela bagi pemiliknya atau Menyerangnya pada hari kiamat jika tidak diamalkan …

Mengenai Syaikh Abdurrozzaq, sebagaimana pengakuan sebagian teman yang pernah dekat dengan beliau, bahwasanya beliau bukanlah orang yang paling ‘alim di kota Madinah, bahkan bukan pula orang yang paling ‘alim di Universitas Islam Madinah, karena pada kenyataannya masih banyak ulama lain yang lebih unggul dari beliau dari sisi keilmuannya. Akan tetapi yang menjadikan beliau istimewa di hati para mahasiswa adalah perhatian beliau terhadap amal, takwa, dan akhlak…

Syaikh Abdurrozzaq menjelaskan bahwa seseorang yang telah banyak mengumpulkan ilmu lantas tidak diamalkan maka hal ini menunjukan ada niatnya yang tidak beres….

Syaikh berkata, “Aku ingin mengingatkan sebuah perkara yang terkadang kita melalaikannya tatkala kita mempelajari ilmu Aqidah. Ibnu Qoyyim rahimahulloh berkata, “Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatasn dalam keimanan dan keyakinan maka telah termasuki (terkontaminasi) …” Maksud ‘telah termasuki’ yaitu telah termasuki sesuatu, baik riya, tujuan duniawi, atau yang semisalnya, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaaat dan tidak akan diberkahi …

Orang Yang Tidak Shalat Shubuh Berjama’ah Bukanlah Penuntut Ilmu
……….
Ilmu Adalah Pohon Dan Amal Adalah Buahnya
……



Semangat Beramal Mengalahkan Kelelahan Dan Kelemahan
……….

Manhaj Nabi !!!



……….

DAKWAH TANPA MEMBEDAKAN GOLONGAN

Demikianlah syaikh Abdurrozaq apabila telah melazimi sebuah pengajian maka beliau akan disiplin. Jika beliau telah menetapkan pengajian mulai selepas shalat ashar maka tetap harus jalan, bahkan terkadang ada orang penting yang ingin bertemu dengan beliau, bahkan kerabat beliau, maka beliau tunda pertemuan dengan mereka setelah mengisi pengajian di radio Rodja…


MENGUNDANG SYAIKH KE INDONESIA

“Aku tidak ingin meninggalkan tugas mengajarku,” jawab syaikh, mematahkan Harapan saya. Namun, tiba-tiba syaikh berkata, “Bisa, jika aku mengatur murid-muridku agar jam mengajarku ditunda & dirapel, namun kita hanya bisa bersafar ke Indonesia selama lima hari. Kita berusaha menyenangkan hati para pendengar radio Rodja dengan menziarahi mereka di Indonesia.”…


AKUPUN BERSAFAR BERSAMA BELIAU

“Karena aku ke Indonesia bukan untuk memihak salah satu golongan yang ada. Aku ke Indonesia untuk silaturahmi dan mengunjungi radio Rodja. Apakah engkau suka, “Ya Firanda, ada seorang syaikh yang datang ke saudara-saudaramu yang berselisih denganmu lantas mereka menceritakan keburukan-keburukanmu kepada syaikh tersebut ? Tentunya engkau tidak suka. Demikian juga, sebaliknya engkau tidak perlu menceritakan kondisi saudaramu-saudaramu yang berselisih denganmu. Toh, mereka tidak berselisih denganmu pada permasalahan akidah. Engkau dan mereka saling bersaudara diatas akidah yang satu.” …

“Ya syaikh, sebagian orang ada yang menyatakan bahwa aku adalah pendusta. Apakah aku berhak memebela diri dan menambah tuduhan tersebut ?”. “Wahai firanda, jangan kau bantah dia, bagaimanapun dia adalah saudaramu seakidah”. Jawab beliau. “Bahkan jika ada orang yang bertanya kepadamu tentang dia, maka tunjukan bahwa engkau tidak suka untuk membantahnya dan tidak suka membicarakan tentangnya. Engkau bersabar dan jika engkau bersabar percayalah suatu saat dia akan melunak dan akan menjadi sahabatmu”….

“Syaikh berkata, “Sekali-kali jangan kau bantah dia, selamanya jangan kau bantah dia !! Apakah engkau ingin yang membela dirimu sendiri ? ataukah engkau ingin Alloh yang akan membelamu !!! …

Jika engkau bersabar maka Alloh pasti akan mengutus tentaranya untuk membelamu. Pekaranya terserah engkau, apakah engkau yang akan membela dirimu sendiri –..mahluk yang sangat lemah..- ataukah engkau menyerahkan urusanmu kepada Alloh Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu” …


PESAWAT MENDARAT DI TANAH AIR TERCINTA

Maka beliaupun berkata kepada para hadirin sambil bercanda, “Firanda ini benar dalam menterjemahkan materi kajian, tetapi salah dalam menterjemahkan makanan”. Para hadirin yang ikut makan bersama kamipun tertawa…


TIBA DITEMPAT KELAHIRANKU SURABAYA

“Alhamdulillah yang telah mengumpulkan kita dari tempat yang berbeda-beda diatas keimanan”. Bahkan syaikh sempat mencandai mereka seraya berkata, “Firanda kalau nanti mereka mau mengambil jatah mereka diluar kabarkan ke panitia bahwa mereka bertiga sudah makan siang bersama kita”. Ketiga santri tersebutpun tertawa...

KEMBALI KE JAKARTA

Sebelum mengisi di studio radio Rodja beliau sempat bertemu dengan anak-anak kecil yang sudah berkumpul di halaman studio radio Rodja. Beliau berjabat tangan dengan anak-anak tersebut, serta beliau membagi-bagikan kue-kue dan buah-buahan yang ada di mobil yang disediakan buat beliau. Tidak cukup sampai disitu, kebetulan di dekat studio radio Rodja ada sebuah kios kecil yang menjual roti, maka syaikhpun mengeluarkan uang 100 real dan berkata, “Firanda beli semua roti yang ada di kios tersebut kemudian bagi-bagikan ke anak-anak!”…

Aku jadi ingat pernah suatu saat ada perselisihan yang timbul diantara para dai dari sebuah Negara. Sebagian dai yang berselisih tersebut masih belajar di kota Madinah, merekapun mengunjungi syaikh dan menyampaikan keluhan mereka terhadap sebagian dai-dai senior yang mengeluarkan kebijaksanaan yang kurang bisa diterima. Tatkala itu kebetulan aku sedang di rumah syaikh, jadi ikut mendengarkan keluhan mereka. Beberapa hari kemudian syaikh bertemu dengan dai-dai senior yang dikeluhkan tersebut dan kebetulan aku juga sedang bersama dengan syaikh, maka beliaupun berkata kepada dai-dai senior tersebut, “Si fulan dan fulan –maksud syaikh dai-dai muda yang mengeluhkan dai-dai senior tersebut di Madinah- serta teman-teman mereka di Madinah selalu memuji-muji kalian dan selalu menyebutkan kebaikan-kebaikan kalian”. Demikian kata syaikh kepada dai-dai senior tersebut. Setelah dia-dai senior tersebut pergi syaikh berkata kepadaku, “Ya firanda tidak ada yang lebih baik daripada mendamaikan diantara dua pihak yang bersengketa”. Kemudian membaca firman Alloh Subhanahu wa ta’ala surat AN-Nisaa aya 114 ….


KEMBALI KE KOTA SUCI MADINAH

Batinku berkata, “Ternyata semakin tinggi ilmu seseorang semakin semangat belajar, bahkan di tengah keramaian seperti bandara, beliau tetap belajar memanfaatkan waktu”…

RENUNGAN

Contoh-contoh teladan yang dibawakan syaikh diatas tidak lain adalah sebagai cambuk bagi kita yang masih sangat kurang dan jauh dari akhlak para ulama. Terkadang kita merasa akhlak kita sudah baik karena seringnya kitaberhusnudzon pada jiwa kita yang sangat lemah ini. Namun jika kita membaca perjalananhidup para ulama dan menela’ah akhlak mereka nampaklah bahwasanya kita sungguh jauh dan sangat jauh …


PERINGATAN

Sebagian orang menyangka bahwasanya yang dinamakan dengan ketakwaan adalah hanyalah menjalankan dan menunaikan hak-hak Alloh tanpa memperhatikan hak-hak hambaNya. Mereka menyangka bahwasanya penerapan ajaran agama hanya terbatas pada bagaimana hubungan dengan Alloh tanpa memperhatikan bagaimana berakhlak mulia terhadap hamba-hambaNya…


PENUTUP

Ya Alloh tunjukanlah kepada kami untuk berhias dengan akhlak yang terbaik karena tidak ada yang bisa menunjukan kami kepada hal itu kecuali Engkau, dan jauhkanlah kami dari akhlak yang buruk dan tidak ada yang bisa menjauhkan kami kepada hal itu kecuali Engkau…

Sumber :
Catatan Ummu Zahratin Nisa Lathifah: Mendulang Pelajaran Akhlak Dari Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr Hafizhahulloh (Nasihat Bagi Salafiyyin)

Selasa, 27 Juli 2010

Bimbingan Ulama seputar Bencana HP Kamera

Fatwa-fatwa Asy-Syaikh Al-’Allamah DR. Shalih Al-Fauzan hafizhahullah seputar bencana akibat penyalahgunaan HP kamera:

 

Pertanyaan: HP kamera semakin marak akhir-akhir ini, anak-anak kami pun sudah memilikinya, bahkan antara pemuda saling bertukar foto dan film-film seronok, kami harapkan dari engkau wahai Syaikh sebuah nasihat kepada para orang tua agar mengawasi anak-anak mereka, demikian pula kepada para guru di sekolah, dan juga pengarahan bagi anak-anak itu sendiri!

Jawab: Munculnya HP kamera termasuk bencana. Seorang muslim hendaklah bertakwa kepada Allah Ta’ala; menghindari HP seperti ini dan membeli HP tanpa kamera, baik untuk ia gunakan, maupun untuk anak-anaknya. Dan hendaklah ia melarang anak-anaknya menggunakan HP kamera. Karena wajib atasmu melarang mereka, Allah Ta’ala berfirman:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At-Tahrim: 6)

Dan menggambar (makhluq bernyawa) termasuk sebab mendapatkan adzab di neraka. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

[ كل مصور في النار يجعل له بكل صورة صورها نفسا يعذب بها في جهنم ]

“Setiap tukang gambar tempatnya di neraka, setiap apa yang dia gambar akan dijadikan ruh untuknya yang kemudian akan mengadzabnya di jahannam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedang Allah Ta’ala telah berfirman, “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Maka hendaklah seorang muslim bertakwa kepada Allah dalam dirinya dan anak-anaknya; hendaklah ia melarang mereka menggunakan HP kamera dan menggantinya dengan HP tanpa kamera.

Teks asli:

السؤال يقول : كثر في الآونة الأخيرة جوالات الكاميرا ، وأصبحت في أيدي أبنائنا ، ويحصل فيما بين الشباب تناقل الصور والأفلام القبيحة ، نريد منك يا شيخ توجيه الآباء لمراقبة أبنائهم ، وكذلك المعلمين في المدارس ، وأيضا توجيه الأبناء ؟

الإجابة :هذا من الفتن ظهور هذه الجوالات ذات التصوير هذا من الفتن ، فعلى المسلم أن يتقي الله وأن يتجنب هذه الجوالات وأن يشتري من الجوالات التي ليس فيها تصوير ويشتري لأبنائه منها ويمنعهم من جوالات التصوير لأن هذا يجب عليك ، قال الله جلا وعلا: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ [التحريم : 6] .والتصوير مما يسبب العذاب في النار قال صلى الله عليه وسلم : [ كل مصور في النار يجعل له بكل صورة صورها نفسا يعذب بها في جهنم ] والله جلا وعلا يقول : قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً فعليه أن يتقيَ الله في نفسه وفي أولاده ويمنع من الجوالات ذوات التصوير ويأخذ من الجوالات التي ليس فيها تصوير

Pertanyaan: Fadhilatus Syaikh, saya memiliki HP yang disertai kamera video dan foto. Aku menggunakannya dalam kebaikan insya Allah, seperti merekam ceramah agama dan lain-lain. Namun terkadang aku memotret anak-anakku dengan HP tersebut, bagaimana pendapatmu –hafizhakumullah-?

Jawab: Merekam ceramah agama dan al-Qur’an adalah sesuatu yang baik. Adapun membuat gambar bernyawa, itu adalah kebatilan. Haram hukumnya memotret anak-anakmu ataupun makhluk bernyawa lainnya. Membuat gambar bernyawa haram, terlaknat orang yang melakukannya dan ia termasuk yang paling keras adzabnya pada hari kiamat, sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits yang shahih. Maka hendaklah engkau menjauhi perbuatan itu.

Teks asli:

السؤال : وهذا سائل يقول: فضيلة الشيخ لدي جوال يحتوي على كاميرا فيديو وكـاميرا فوتوغرافية ، وأستخدمهـا في الخير إن شاء الله مثل تسجيل المحاضرات وغيرها ، وأصور بعض الأحيـان صورا لأطفـالي في البيت ، فما رأيكم حفظكم الله ؟

الإجابة : أما تسجيل المحاضرات وتسجيل القرآن هذا شيء طيب أما التصوير فهو باطل ما يجوز التصوير مايجوز حرام تصوير أولادك أو تصوير غيرك ، تصوير ذوات الأرواح حرام وملعون من فعله وهو من أشد الناس عذابًا يوم القيامة كما جاء في الأحاديث الصحيحة فعليك بتجنب التصوير .

Pertanyaan: Sebagian orang beranggapan bahwa memotret dari HP kamera hanyalah sekedar menangkap bayangan dan tidak mengandung perbuatan menggambar yang diharamkan, bagaimanakah hukumnya?

Jawab: Tidak diharamkan menurutnya. Adapun menurut Sunnah dan dalil-dalil syar’i, hukumnya haram secara umum, pelakunya terlaknat dan paling keras adzabnya pada hari kiamat. Maka apa yang mengecualikan HP kamera dari keumuman ini!?

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengharamkan gambar bernyawa secara mutlak dengan sarana apa saja, baik dengan HP, dengan kamera, dengan tangan, maupun dengan alat lukis. Siapakah yang berhak memberikan pengecualiaan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam (yaitu dengan mengecualikan foto kamera, padahal haditsnya umum) !? Dan siapakah yang boleh menambahkan sesuatu kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam (yakni menganggap perkataan beliau masih kurang, sehingga perlu ia tambahkan) !?

Kecuali untuk kebutuhan darurat, para ulama muhaqqiq telah mengecualikan foto dalam keadaan darurat. Jika seseorang membutuhkan gambar bernyawa karena alasan darurat maka hal ini dibolehkan berdasarkan firman Allah Ta’ala:

وقَدْ فَصَّـلَ لَكُم مَّـا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إلاَّ مَا اضْطُرِرْتُمْ إلَيْهِ

“Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.” (Al-An’am: 119)

Adapun menggambar obyek bernyawa karena hobi atau seni, baik dengan kamera, dengan tangan, atau dengan apa saja, maka hukumnya haram. Kecuali karena darurat saja yang diberikan rukhshoh (keringanan), itupun harus disesuaikan dengan kadar daruratnya.

Teks asli:

السؤال : ما حكم التصوير من جوال الكاميرا حيث يقول بعض الأشخاص بأنه مجرد حبس الظل وليس في ذلك أي شيء من التحريم فما حكم ذلك ؟

فأجاب حفظه الله :ليس فيه شيء من التحريم عنده أما عند السنة والأدلة فالتصوير بعمومه حرام وملعون المصور وهو أشد الناس عذابا يوم القيامة فما الذي يخرج الجوال من هذا ، الرسول حرم التصوير مطلقا بأي وسيلة : جوال ، كاميرا ، باليد ، بالرسم حرمه تحريما مطلقا ، فمن يستثني على الرسول صلى الله عليه وسلم ويستدرك على الرسول إلا أن العلماء المحققين استثنوا حالة الضرورة إذا احتاج الإنسان للتصوير للضرورة فيباح هذا من أجل الضرورة لقوله تعالى: وقَدْ فَصَّـلَ لَكُم مَّـا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إلاَّ مَا اضْطُرِرْتُمْ إلَيْهِ [الأنعام : 119]
أما التصوير للهواية والتصوير للفن التصوير بالكاميرا أو باليد أو بأي شيء فهو حرام ولا يجوز إلا للضرورة فقط بقدر الضرورة رخصة ، رخصة من أجـل الضـرورة فقط .
المصدر : درس الشيخ صالح الفوزان حفظه الله يوم الإثنين 15 شوال 1427 هـ تفسير من سورة الحجرات إلى سورة الناس


Adapun hadits yang beliau maksudkan tentang terlaknatnya orang yang menggambar adalah hadits riwayat Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah berikut ini:

عن عون بن أبي جحيفة قال: رأيت أبي اشترى عبدا حجاما فأمر بمحاجمه فكسرت، فسألته، فقال: نهى النبي صلى الله عليه وسلم عن ثمن الكلب، وثمن الدم، ونهى عن الواشمة والموشومة، وآكل الربا وموكله، ولعن المصور

Dari ‘Aun bin Abu Juhaifah, ia berkata, “Aku melihat ayahku membeli seorang budak tukang bekam. Lalu ia menyuruhnya mengambil alat-alat bekamnya kemudian mematahkannya. Aku bertanya kepadanya tentang perbuatannya itu. Beliau menjawab:

“Sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang hasil jual beli anjing dan hasil jual beli darah. Beliau juga melarang wanita yang membuat tato dan meminta ditato, pemakan riba dan pemberi makan riba. Dan beliau pun melaknat tukang gambar.” (HR. Al-Bukhari, no. 1980)

Sedangkan yang beliau maksudkan dengan hadits tentang kerasnya adzab tukang gambar adalah hadits berikut:

إن أشد الناس عذابا يوم القيامة المصورون

“Sesungguhnya manusia yang paling keras adzabnya di hari kiamat adalah para tukang gambar.” (HR. Al-Bukhari, no. 5606 dan Muslim, no. 5659)

Jadi, menggambar makhluk bernyawa haram berdasarkan dalil-dalil yang jelas. Apalagi jika dimaksudkan untuk menyebarkan kerusakan di tengah-tengah masyarakat, seperti gambar-gambar perzinahan dan gambar wanita berpakaian tapi telanjang.

Wallahul Musta’an.

Sumber :
http://nasihatonline.wordpress.com/2010/07/04/bimbingan-ulama-seputar-bencana-hp-kamera/

Sabtu, 24 Juli 2010

Menghemat dan Memanfaatkan Waktu

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata tentang amal yang paling utama: “Yaitu yang lebih tinggi nilai ketundukannya kepada Allah dan lebih bermanfaat bagi hamba”. Berikut ini adalah beberapa kiat mengisi waktu luang dan dimulai dari yang utama kemudian berangsur sampai ke perkara-perkara mubah:

1. Mengahafal dan mempelajari kitabullah
Allah berfirman, artinya: “Sesung-guhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (Fathir: 30)
Rasulullah bersabda, artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an kemudian mengajarkannya”. (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah juga bersabda, artinya: “Kepada Ahli Al-Qur’an dikatakan, “bacalah dan naiklah! Urutkan sebagaimana engkau mengurutkan di dunia, maka sesungguhnya kedudukanmu berada pada akhir ayat yang engkau baca”. (HR. Abu Daud, hasan shahih)
Allah memudahkan Anda yang mau menghafal sebagaimana firman-Nya, artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran” (Al-Qomar:17))

2. Membaca buku/kitab yang bermanfaat
Allah berfirman, artinya: “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang berilmu beberapa derajat” (QS: Al-Mujadilah: 11)
Rasulullah bersabda, artinya: “Sesungguhnya penuntut ilmu dinaungi oleh para Malaikat dengan sayap mereka.” (Shahih At-Targhib wa At-Tarhib)
Imam Ahmad berkata “Manusia lebih butuh kepada ilmu daripada kepada makan dan minum, karena seseorang butuh makan dan minum sehari sekali atau dua kali, sedang kebutuhannya pada ilmu adalah sejumlah nafasnya”.

3. Dzikrullah
Ia merupakan amalan yang mudah, tanpa biaya maupun susah payah, padahal pahala dan keutamaannya sangat banyak. Allah berfirman, artinya: “Ingatlah kamu kepadaKu, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu” (Al-Baqarah: 152)
Rasul bersabda, artinya: “Maukah kalian kuberitahu amalan yang paling baik dan paling suci menurut Sang Pemilikmu, mengangkat derajatmu, lebih baik dari infak emas dan uang dan lebih baik dari beperang membunuh musuh kemudian kamu ditebas lehermu? Mereka berkata “Ya, duhai Rasul? Beliau bersabda, “Yaitu dzikir kepada Allah Ta’ala” (HR. At-Tirmidzi)
Terutama dzikir pagi dan sore dan pada setiap memulai atau mengakhiri pekerjaan.

4. Jihad ( wisata umat Islam)
Umat yang paling mulia ini memiliki rihlah dan tamasya yang sejati, sebagaimana sabada Nabi , yang artinya: “Tamasya/pesiarnya umatku adalah berjihad (berjuang di jalan Allah)” (HR. Abu Daud dengan sanad shahih)
Rasul juga bersabda: “Satu pagi atau satu sore hari di jalan Allah adalah lebih baik dari pada dunia dan isinya” (HR. Al-Bukhari)
Ia menjanjikan kemenangan dan kejayaan di dunia dan yang paling pasti di akhirat, dengan syahid tanpa hisab, tanpa siksa kubur, dan masuk surga.
Allah berfirman, artinya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.” (Al-Anfal: 60)

5. Bekerja sama dalam berdakwah
Allah berfirman, artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”(QS. 3:110)
Rasul bersabda: “Siapa diantara kamu melihat kemungkaran hendaklah dia merubahnya dengan tangan, jika tidak mampu maka dengan lisan, jika tidak mampu maka dengan hati dan itu adalah selemah-lemahnya iman” (HR. Muslim)
Rasul juga bersabda, artinya: “Sampaikan dariku meskipun satu ayat” HR. Al-Bukhari)
Sungguh kita tahu bahwa musuh Islam telah mengatur siasat dan strategi dengan baik, maka wajiblah kita meningkatkan usaha keras kita membela agama Allah.

6. Menunaikan Amalan Sunnah
Amalan-amalan sunnah dapat melengkapi kekurangan pada ibadah yang wajib dan dapat mengangkat derajat di sisi Allah.
Allah berfirman (dalam hadits Qudsi), yang artinya: “Siapa yang memusuhi kekasih-Ku maka Aku umumkan perang kepadanya, tiada sarana pendekatan padaKu yang paling Aku cintai bagi hambaKu melebihi apa yang Aku wajibkan padanya. HambaKu tiada hentinya mendekatiKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku menyin-tainya.” (HR. Al-Bukhari)
Berusahalah semampu Anda untuk berlomba menunaikan amalan sunnah dari shalat, shadaqah, puasa dan lain-lain.

7. Menghadiri ceramah atau pengajian
Rasulullah bersabda: “Tiadalah suatu kaum berkumpul di salah satu masjid Allah dengan membaca kitab Allah dan mempelajarinya diantara mereka, kecuali para malaikat mengelilingi mereka, ketenangan turun kepada mereka dan rahmat tercurah, serta Allah membangga-banggakan mereka kepada malaikat yang ada disisiNya”. (HR. Muslim)

8. Ziarah Masjidil Haram dan Umrah
Rasulullah bersabda: “Satu umrah ke umrah yang lain adalah pelebur (dosa) antara keduanya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Begitu besar pahala shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi melebihi masjid di seluruh dunia,disana banyak sarana mencapai hidayah Allah.

9. Mendengarkan kaset /CD
Baik itu ceramah keagamaan atau murattal Al-Qur’an, kemudian jika perlu dibuat catatan dan ringkasan yang rapi, ini sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain.

10. Mengunjungi orang-orang shaleh di dalam atau di luar kota
Rasulullah mengisahkan: “Seorang menziarahi temannya di desa lain, di tengah perjalanan Allah mengutus malaikat menyertainya, datang dan bertanya: “Anda mau pergi kemana?” ia menjawab, “ke saudara di desa sana”, “Apakah karena satu kenikmatan yang Anda inginkan? Ia menjawab: “Tidak, saya hanya menyintainya karena Allah ‘Azza wa Jalla” . Malaikat berkata: “Sesungguhnya saya adalah utusan Allah (mengabarkan) sesungguh-nya Allah telah menyintai Anda sebagaimana Anda telah menyintainya karena Dia” (HR. Muslim)

11. Silaturrahmi
Sanak kerabat, teman, dengan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, mereka itulah yang di puji Allah dalam firmanNya, artinya: “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk”. (QS. 13:21)
Rasullah bersabda: “Siapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah dia bersilturahmi” (HR. Al-Bukhari Muslim)

12. Ziarah rumah sakit dan kuburan
Dimana kita dapatkan pahala yang agung, mendo’akan dan menghibur orang sakit, sedangkan tentang kuburan Rasulullah n bersabda, artinya: “Ziarahi ia (kuburan), karena sesungguhnya ia mengingatkan kamu pada Akhirat” (HR. Muslim)

13. Mengadakan penelitian
Menyusun ikhtisar dari suatu buku atau kaset atau bisa juga melakukan study lapangan mengenai berbagai perkembangan yang ada kemudian hasilnya kita berikan kepada pihak yang sekiranya membutuhkan, siapa tahu bisa dipublikasikan dan akan sangat banyak manfaatnya.

14. Membantu orang lain
Rasulullah bersabda, artinya: “Jika seseorang kalian berjalan bersama saudaranya untuk memenuhi kebutuhan-nya dan menunjukkan dengan jarinya maka itu lebih utama dari pada ber’itikaf di dalam masjidku (An-Nabawi) ini selama dua bulan” (HR. At-Thabrani)
Beliau juga bersabda, artinya: “Siapa yang melepaskan kesulitan seseorang mukmin dari urusan dunia maka Allah melepaskannya dari kesulitan di hari Kiamat” (Muttafaq ‘alaihi)

15. Bepergian ke negara-negara Islam
Baik untuk tujuan dakwah, merenungi ciptaan Allah atau tujuan-tujuan lain yang dibolehkan. Selain itu juga dapat menghilangkan kepenatan, menambah relasi bisnis, ilmu dan budaya.

16. Membuka perpustakaan umum di masjid-masjid
Kemudian menyelenggarakan seminar, forum-forum ilmiah, diskusi, majlis ta’lim atau halaqah disana yang ini semua akan menambah ilmu dan persaudaraan.

17. Kegiatan bisnis/berdagang dengan halal
Itulah pencaharian Nabi , khalifah beliau Abu Bakar, Umar, Utsman dan lain-lain yang mulia. Jangan sampai melakukan jual beli dengan cara-cara yang haram atau berdagang barang-barang yang dilarang.
Allah berfirman, artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka berte-baranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. 62:10)

18. Mengikuti kontrak kerja yang bermanfaat
Pada lapangan kerja yang halal bukan subhat atau haram, dalam lingkungan dan aturan yang baik(sesuai dengan syariat). Dengan niat yang ikhlas dan benar setiap usaha halal dapat bernilai ibadah.

19. Berlatih olah raga
Untuk menjaga kekuatan dan kesehatan tubuh dengan catatan tidak melalaikan dan tidak melanggar batasan syar’i, juga untuk persiapan berjuang di jalan Allah, serta ketangguhan jiwa, sebab sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Muslim bahwa bila jiwa lelah ia akan jemu/bosan, sesaat demi sesaat.

20. Mengikuti kursus-kursus
Meskipun dengan mengeluarkan biaya, dan tentunya juga harus melihat kemampuan. Manfaatnya jelas tidak diragukan seperti, agronomi, agro-bisnis, komputer, pertambangan, kelautan, kerajinan tangan/home industri, tata boga, merawat taman, yang mendatangkan manfaat dan rizki yang halal. Kemudian jika anda ternyata memiliki bakat tertentu, seperti khot (menulis indah), pertukangan, percetakan sablon dan lain-lain ada baiknya bila dikembangkan.
Disarikan dari waqafat ma’a al-waqti wa kaifa istiqhlal al-faraagh, Abdul Ilah bin Ibrahim Dawud . (Waznin Mahfudz / alsofwah)

Sumber : hatibening.com

Sabtu, 17 Juli 2010

Ucapan Utama Ketika Mendapat Kebaikan dan Cara Menjawabnya

Ketika kita diberi suatu kebaikan, maka apakah yang harus kita ucapkan kepada orang yang telah memberi kita kebaikan tersebut? Mungkin ada yang mengucapkan terima kasih, syukron, matur suwun, dll. 
Bagi yang sudah tahu tuntunan Rasulullah Shollallohu 'alaihi wassalam, maka akan mengucapkan "jazakallahu khoyron". Tahukah kita bahwa ini adalah sebuah kalimat yang baik, sebuah do'a dan merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Alloh subhanahu wa ta'ala? 

Lalu jika ada yang mengucapkan jazakallahu khoyron, bagaimana sebenarnya cara menjawab yang utama? 
Untuk menjawab hal tersebut berikut ini artikel yang disusun oleh Ukhty Ummu Shofiyyah. Semoga dengan membaca artikel tersebut kita banyak mendapat faidah ilmu dan bisa mengamalkan sunnah ini dengan lebih baik. 
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Ucapan Ini Adalah Amalan Sholeh dan  Amal Sholeh pun Akan Mengucapkannya 

Ucapan ini adalah amalan sholeh dan kelak amal sholeh pun akan mengucapkannya…
Ucapan ini bagi yang mengucapkannya adalah ibadah. Karena ucapan ini adalah sebuah doa dan doa itu adalah ibadah.
Adapun bagi yang menerimanya, ucapan ini adalah sebuah kalimat yang sangat baik.
Membuat wajah ingin tersenyum dan membahagiakan hati…
Ucapan ini lebih manis daripada "syukron" ...
Dan lebih bermanfaat daripada “terima kasih”…
Dan sangat tepat diucapkan oleh seseorang yang ingin menyampaikan kepada temannya bahwa ia tidak mampu membalas kebaikannya.
Ucapan yang dimaksud adalah: “Jazakallohu khoiron” (semoga Alloh membalasmu dengan kebaikan) atau “Jazakillahu khoiron” jika yang diberi ucapan adalah wanita.
Ucapan ini adalah amalan sholih karena ucapan ini merupakan sunnah Nabi shollallohu alaihi wa sallam. Sebagaimana dalam hadits Usamah bin Zaid, ia berkata: Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ: جَزَاكَ اللهُ خَيْرًا؛ فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاء
“Barang siapa yang diberi suatu kebaikan kepadanya, lalu ia mengucapkan kepada orang yang memberi kebaikan tersebut: “Jazakallohu khoiron”, maka sesungguhnya hal itu sudah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.”
[HR. at-Tirmidzi no. 1958, an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubro 6/53, dll. Dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani rohimahullohu ta’ala dalam Shohih at-Targhib wat Tarhib (969).

Dalam Faidhul Qodir (172/6) dijelaskan: “telah mencukupi rasa syukurnya” maksudnya adalah hal tersebut karena pengakuan terhadap kekurangannya, dan ketidakmampuan dalam membalas kebaikannya, dan mempercayakan membalas kebaikannya pada Alloh agar ia mendapatkan balasan yang sempurna.
Berkata al-allamah al-Utsaimin rohimahulloh dalam Syarah Riyadhus Sholihin : “Hal itu dikarenakan jika Alloh membalas kebaikannya dengan kebaikan, hal itu merupakan kebahagian baginya di dunia dan akhirat.”

Cara Menjawabnya
Dan yang utama dalam menjawab kalimat yang bagus ini adalah dengan mengulang kalimat tersebut yakni membalasnya dengan mengatakan : “wa anta fajazakallohu khoiron” atau yang semisalnya. Walaupun membalasnya dengan ucapan “wa iyyakum” dan yang semisalnya adalah boleh-boleh saja, namun yang lebih afdhol adalah membalas dengan mengulang lafadz doa tersebut. Sebagaimana difatwakan oleh Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr hafidzohulloh:

السؤال: هل هناك دليل على أن الرد يكون بصيغة (وإياكم)؟

Pertanyaan: Apakah ada dalil bahwa membalasnya (ucapan jazakallohu khoiron) adalah dengan ucapan “wa iyyakum”?

فأجاب: لا , الذي ينبغي أن يقول :(وجزاكم الله خيرا) يعنى يدعى كما دعا, وإن قال (وإياكم) مثلا عطف على جزاكم ,يعني قول (وإياكم) يعني كما يحصل لنا يحصل لكم .لكن إذا قال: أنتم جزاكم الله خيرا ونص على الدعاء هذا لا شك أنها أوضح وأولى
(مفرغ من شريط دروس شرح سنن الترمذي ,كتاب البر والصلة ,رقم:222)

Beliau menjawab: “Tidak, sepantasnya dia juga mengatakan “wa jazakallohu khoiron” (dan semoga Allah juga membalasmu dengan kebaikan), yaitu didoakan sebagaimana dia mendoakan, dan seandainya ia mengucapkan semisal “wa iyyakum”  sebagai athof (mengikuti) atas ucapan “Jazakum”, yakni ucapan “wa iyyakum” bermakna “sebagaimana kami mendapat kebaikan, semoga kalian juga”.
Akan tetapi jika ia membalasnya dengan ucapan “antum jazakumulloh khoiron” dan mengucapkan dengan lafadz do’a tersebut, tidak diragukan lagi bahwa ini lebih jelas dan lebih utama.” [*]selesai nukilan fatwa Syaikh Abdul Muhsin hafidzohulloh -

[*] Di transkrip dari kaset Durus Syarh Sunan at-Tirmidzi, kitab al-Birr wash Shilah no. 222, oleh ustadz Abu Karimah hafidzohulloh. Sumber: http://ibnulqoyyim.com/content/view/36/9/, dengan perubahan dalam terjemahannya.

Dan dalil apa yang difatwakan Syaikh Abdul Muhsin di atas adalah sebagaimana dalam hadits berikut :
Dari Anas bin Malik rodhiyallohu anhu ia berkata: Usaid bin al-Hudhoir an-Naqib al-Asyhali datang kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, maka ia bercerita kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam tentang sebuah keluarga dari Bani Zhofar yang kebanyakannya adalah wanita, maka Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam membagi kepada mereka sesuatu, membaginya di antara mereka, lalu Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam berkata :

تركتَنا -يا أسيد!- حتى ذهب ما في أيدينا، فإذا سمعتَ بطعام قد أتاني؛ فأتني فاذكر لي أهل ذلك البيت، أو اذكر لي ذاك. فمكث ما شاء الله، ثم أتى رسولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طعامٌ مِن خيبر: شعيرٌ وتمرٌ، فقسَم النبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في الناس، قال: ثم قسم في الأنصار فأجزل، قال: ثم قسم في أهل ذلك البيت فأجزل، فقال له أسيد شاكرًا له: جزاكَ اللهُ -أيْ رسولَ الله!- أطيبَ الجزاء -أو: خيرًا؛ يشك عاصم- قال : فقال له النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وأنتم معشرَ الأنصار! فجزاكم الله خيرًا- أو: أطيب الجزاء-، فإنكم – ما علمتُ- أَعِفَّةٌ صُبُرٌ
 
“Engkau meninggalkan kami wahai Usaid, sampai habis apa-apa yang ada pada kami, jika engkau mendengar makanan mendatangiku, maka datangilah aku dan ingatkan padaku tentang keluarga itu atau ingatkan padaku hal itu.”

Maka setelah beberapa saat, datang kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam makanan dari khoibar berupa gandum dan kurma, maka Nabi shollallohu alaihi wa sallam membaginya kepada manusia. Ia berkata: kemudian beliau membaginya kepada kaum Anshor lalu makanan itupun menjadi banyak, lalu ia berkata: kemudian beliau membaginya kepada keluarga tersebut lalu makanan itupun menjadi banyak. Lalu Usaid pun mengucapkan rasa syukurnya kepada Nabi: “Jazakallohu athyabal jaza’ –atau khoiron- (Semoga Alloh membalasmu -yaitu kepada Rosululloh- dengan sebaik-baik balasan –atau kebaikan), Ashim (perawi hadits, pent) ragu-ragu dalam lafadznya, lalu ia berkata : Nabi shollallohu alaihi wa sallam kemudian membalasnya : “wa antum ma’syarol Anshor, fa jazakumullohu khoiron –atau athyabal jaza’- (dan Kalian wahai sekalian kaum Anshor, semoga Alloh membalas kalian dengan kebaikan –atau sebaik-baik balasan), sesungguhnya setahuku kalian adalah orang-orang yang sangat menjaga kehormatan lagi penyabar…”
[HR. an-Nasa’i no. 8345, ath-Thobroni dalam Mu’jam al-Kabir no. 567, Ibnu Hibban no. 7400 & 7402, Abu Ya’la al-Mushili dalam Musnadnya no. 908, dll. Dishohihkan syaikh al-Albani dalam ash-Shohihah no. 3096]

Begitu pula terdapat contoh atsar para salaf yang mengamalkan ucapan ini. Imam Bukhori rohimahulloh meriwayatkan dalam al-Adabul mufrod dengan sanadnya dari Abu Murroh, maula Ummu Hani’ putri Abu Tholib:

:أنه ركِبَ مع أبي هُريرة إلى أرضِه بالعقيق، فإذا دَخَلَ أرْضَهُ صَاح بأعلى صوتِه : عليكِ السَّلامُ ورحمةُ اللهِ وبركاتُه يا أُمتاه! تقول
وعليكَ السَّلامُ ورحمةُ اللهِ وبركاتُه، يقول: رحمكِ اللهُ؛ ربَّيْتِني صغيرًا
فتقول: يا بُنيّ! وأنتَ فجزاكَ اللهُ خيرًا، ورضي عنك؛ كما بَرَرْتَني كبيرًا

Bahwasanya ia berkendara bersama Abu Huroiroh ke kampung halamannya di ‘Aqiiq. Ketika ia sampai di rumahnya ia berkata dengan mengeraskan suaranya: “Alaikissalam warohmatullohi wabarokatuh wahai ibuku.”
Lalu ibunya berkata :” wa’alaikassalam warohmatullohi wabarokatuh.”
Ia berkata (bersyukur kepada ibunya, pent) : “Rohimakillah (semoga Alloh merahmatimu wahai ibu), engkau telah merawatku ketika aku masih kecil.”
Maka ibunya berkata : “Wahai anakku wa anta fajazakallohu khoiron, semoga Alloh meridhoimu sebagaimana engkau berbuat baik kepadaku saat engkau sudah besar.”
[HR. al-Bukhori dalam al-Adabul Mufrod no. 15, syaikh al-Albani rohimahulloh berkata: “sanadnya hasan” dalam shohih al-Adabul Mufrod no. 11]

Dalam Thobaqot al-Hanabilah diriwayatkan:
أنبأنا المبارك عن أبي إسحاق البرمكي حدثنا محمد بن إسماعيل الوراق حدثنا علي بن محمد قال: حدثني أحمد بن محمد بن مهران حدثنا أحمد بن عصمة النيسابوري حدثنا سلمة بن شبيب قال: عزمت على النقلة إلى مكة فبعت داري فلما فرغتها وسلمتها وقفت على بابها فقلت: يا أهل الدار جاورناكم فأحسنتم جوارنا جزاكم الله خيراً وقد بعنا الدار ونحن على النقلة إلى مكة وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته قال: فأجابني من الدار مجيب فقال: وأنتم فجزاكم الله خيرا ما رأينا منكم إلا خيرا ونحن على النقلة أيضاً فإن الذي اشترى منكم الدار رافضي يشتم أبا بكر وعمر والصحابة رضي الله عنهم.

Dari Salamah bin Syabib[**], ia berkata : aku ingin pindah ke Mekkah, lalu akupun menjual rumahku. Ketika urusannya selesai aku pamit kepada tetanggaku dan mengucapkan salam sambil berdiri di depan pintu rumahnya, aku berkata: “Wahai tetanggaku, kami telah hidup bertetangga dengan kalian dan kalianpun telah berbuat baik dalam bertetangga dengan kami, jazakumulloh khoiron, aku telah menjual rumah kami dan kami akan pindah ke Mekkah, wa’alaikumussalam warohmatulloh wa barokatuh.”
Lalu seseorang dari rumah itu menjawab: “wa antum fajazakumulloh khoiron, tidaklah kami melihat pada kalian melainkan kebaikan, tapi kami mau pindah juga karena ternyata yang membeli rumah kalian adalah seorang Rofidhoh (syi’ah) yang mencela Abu Bakr, Umar dan pada shahabat rodhiyallohu anhum.”
[Thobaqot al-Hanabilah 1/65, Maktabah Syamilah]
[**] Salamah bin Syabib (W. 246 H) adalah seorang ulama salaf perowi hadits yang sezaman dengan imam Ahmad bin Hambal, adz-Dzahabi berkata tentang Salamah bin Syabib: “al-Hafidz, Hujjah”.

Dan Amal Sholeh pun Mengucapkannya
Hal ini terjadi di alam kubur, sebagaimana dalam sebuah hadits yang panjang yang diriwayatkan al-Barro’ bin Azib rodhiyallohu anhu, bahwa setelah seorang hamba yang beriman diuji (dengan pertanyaan dalam kubur, pent) dan ditetapkan dalam menjawab ujian:

يَأْتِيهِ آتٍ حَسَنُ الْوَجْهِ طَيِّبُ الرِّيحِ حَسَنُ الثِّيَابِ، فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِكَرَامَةٍ مِنَ اللهِ وَنَعِيمٍ مُقِيمٍ؛
فَيَقُولُ: وَأَنْتَ؛ فَبَشَّرَكَ اللهُ بِخَيْرٍ، مَنْ أَنْتَ؟
فَيَقُولُ: ”أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ، كُنْتَ –وَاللهِ!- سَرِيعًا فِي طَاعَةِ اللهِ، بَطِيئًا عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ؛ فَجَزَاكَ اللهُ خَيْرًا.
:ثُمَّ يُفْتَحُ لَهُ بَابٌ مِنَ الْجَنَّةِ وَبَابٌ مِنَ النَّارِ فَيُقَالُ
…هَذَا كَانَ مَنْزِلَكَ لَوْ عَصَيْتَ اللهَ، أَبْدَلَكَ اللهُ بِهِ هَذَا

Datanglah seseorang dengan wajah yang baik, berbau wangi dan memakai baju yang bagus, lalu orang tersebut berkata: “Bergembiralah dengan kemuliaan dari Alloh dan kenikmatan yang abadi”, maka hamba yang beriman tersebut bertanya: “Wa anta fa basyarokallohu bi khoirin (dan semoga Alloh juga memberimu kabar gembira berupa kebaikan), siapakah anda?” lalu orang itu menjawab : “aku adalah amal sholehmu, engkau dahulu –demi Alloh- sangat cepat dalam ta’at kepada Alloh sangat lambat (menjauhi, pent) dalam maksiat kepada Alloh, fa jazakallohu khoiron”.
Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu dikatakan: “Ini (neraka) adalah tempatmu seandainya engkau bermaksiat kepada Alloh, dan Alloh telah menggantikan untukmu dengan yang ini (surga)…”
[HR. Ahmad no. 17872, Abdurrozzaq dalam Mushonnaf-nya no. 6736,dll. Dishohihkan syaikh al-Albani dalam Ahkamul Jana’iz hal.158]

Maka beruntunglah seorang hamba yang diberi taufik dalam kehidupan dunianya terhadap ucapan yang baik ini, baik ia mengucapkannya maupun ia menerimanya. Dan di akhiratnya ia mendapat kabar gembira dengan ucapan ini oleh amal sholehnya. Seandainya bukan karena keutamaan dan rahmat Alloh maka ia tidak mampu beramal sholeh.
Subhanalloh… Alloh Yang Maha Memberi Nikmat, memberikan nikmat berupa taufik kepada hamba-Nya untuk beramal sholeh, kemudian memberi nikmat lagi berupa menjadikan amal sholehnya memuji hamba tersebut…
Subhanalloh… hadits yang mulia ini juga mengingatkan kita untuk cepat dalam ta’at kepada Alloh dan menjauhi maksiat…
Semoga Alloh ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk mampu mengamalkan sifat yang mulia ini…
__________________
Maroji’ :
# Artikel “Hiya Amalun Sholih wa yaquluha al-Amal ash-Sholih” yang ditulis oleh salah seorang putri syaikh al-Albani, yaitu Sukainah bintu Muhammad Nashiruddin al-Albaniyyah hafidzohalloh dalam blog beliau [tamammennah.blogspot.com], dan tulisan ini banyak mengambil faidah dari sana –fa jazahallohu khoiron-.
# Transkrip Fatwa Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad oleh ustadz Abu Karimah Askari hafidzohulloh di http://ibnulqoyyim.com/content/view/36/9/
# Al-Maktabah asy-Syamilah v3, dan penomoran hadits & atsar merujuk kepada software ini.

Sumber : http://ummushilah.0fees.net/wordpress/?p=1368

Selasa, 06 Juli 2010

Penanganan Awal Luka Bakar di Rumah

Luka bakar merupakan kecelakaan di rumah yang sering terjadi. Sering kali kita mendengar seorang anak yang terkena siraman minyak panas, atau terkena kuah bakso penjual bakso dll.
Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga dapat terjadi karena pajaran suhu tinggi dari matahari, terkena istrik, maupun bahan kimia.
Beratnya luka bakar ditentukan oeh kedalaman luka bakar, luas luka bakar dan daerah luka bakar tersebut.

DERAJAT LUKA BAKAR
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya paparan suhu tinggi tersebut.
Selain karena terkena api langsung pada tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luas luka bakar. 
Bahan baju yang aman adalah bahan baju yang terbuat dari kain wol. Bahan sintetis seperti nilon dan dakron selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu tinggi, sehingga menjadi lengket dan memperberat derajat luka bakar.

Luka Bakar Derajat I : hanya mengenai epidermis, sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. Kulit terihat kemerahan dan terasa nyeri pada daerah setempat. Misal : akibat tersengat matahari.
Luka Bakar Derajat II : luka mencapai kedalaman dermis, masih ada elemen epite yang sehat. Luka dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu. Gejala yang timbul : nyeri, adanya gelembung atau bula berisi cairan pada daerah luka.
Luka Bakar Derajat III : Luka meliputi seuruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis atau organ yang lebih dalam. Tidak ada elemen epitel hidup yang tersisa yang memungkinkan penyembuhan luka dari dasar luka. Kulit tampak abu-abu gelap atau hitam dengan permukaan jaringan lebih rendah dibanding kulit sekeilingnya yang masih sehat.Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.

PERTOLONGAN PERTAMA
Upaya pertama saat terbakar adalah segera mematikan api, misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk segara mematikan api. Korban dapat mengusahakan dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling-guling untuk mencegah meluasnya bagian pakaian yang terbakar. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin, atau melepaskan baju yang tersiram air panas.

Segera mendinginkan darah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin pada jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian tubuh yang terbakar selama lima belas menit pertama di daam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan daeran yang terbakar sehingga kerusakan akibat luka bakar lebih dangkal dan dapat diperkecil. Pencelupan atau penyiraman luka yang terbakar dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, dan tidak usah steril.

Pertolongan pertama setelah sumber panas dimatikan, disingkirkan atau dihilangkan adalah dengan merendam daerah luka bakar di dalam air atau menyiraminya dengan air yang mengalir sekurang-kurangnya lima belas menit.
Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa epitel untuk menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat dengan perawatan secara tertutup atau terbuka. Perawatan dapat dilakukan dengan mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka (pada perawatan terbuka). Antiseptik yang biasa digunakan adalah larutan Povidon Iodin (Betadin). Pada perawatan tertutup setelah luka diolesi cairan antiseptik, luka ditutup dengan pembalut steril.

Sumber : Buku Ajar Bedah, EGC Kedokteran Jakarta 

Recomended Blog

Blog dari TS sekaligus saudariku tercinta Ummu Shofiyyah dr Avie Andriyani :


Alhamdulillah, di sela kesibukan beliau sebagai isteri, ibu, penulis, dosen, ^ ^.. saudariku tercinta dan teman sejawatku menyempatkan dirinya membagi ilmu.
Semoga bermanfaat dan menjadi amal shalih bagimu ukhty..