Sabtu, 27 November 2010

Radio Rodja Via Fleksi

Hari yang cerah.. 
Secerah hatiku ^^ yang dapat kenikmatan ini...
Salah satu hal yang paling aku harapkan dari dulu adalah bisa dengerin radio rodja setiap saat dan dimana saja. Kurasa mulai saat ini keinginan itu akhirnya dapat terealisasi.
Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimushshaalihaat.
Radio rodja bisa didengarkan lewat telkom fleksi, tinggal tekan *55*210756 kita dapat mendengarkan siaran radio rodja. Radio nurus sunnah semarang juga bisa lho sodara-sodara.. bedanya klo radio nurus sunnah tekan *55*411077 (jadi kayak iklan ya..). Tarifnya juga murah banget cuma Rp.5 /menit. 

Sengaja banget beli HP fleksi buat bisa dengerin radio rodja. Dari kemarin merayu suami tercinta buat anterin beli HP fleksi, Qodarulloh memang tidak punya HP CDMA, jadi mesti muter-muter counter nyari HP CDMA. Kita memang cari HP baru, takutnya kalau HP second dapatnya pas nggak oke, malah sayang ntar nyesel. Ternyata HP CDMA sekarang susah banget carinya ya.., dari 2 counter HP paling lengkap disini nggak ada yang yang jual HP CDMA yang baru. Sengaja mampir ke plasa telkom  untuk beli HP inject Fleksi, sampai sana sudah tutup.
Akhirnya aku teringat ada pusat fleksi di sebuah ruko di tengah kota. Alhamdulillah akhirnya disana ketemu juga HP fleksi yang kucari-cari.
Sebenarnya kita cari HP yang suaranya bagus, bisa loudspeaker yang keras 'n bisa disambungin ke speaker. Tetapi di toko tersebut adanya cuma satu jenis HP. HP yang nggak bisa disambungin ke speaker (klo suaranya lumayan bagus, biarpun loudspeaker nggak terlalu keras), karena nggak ada pilihan lain, kita mutusin beli HP itu aja karena males kalau harus muter-muetr lagi. Setelah sampai rumah suami cari ide biar HP bisa disambungkan ke speaker, suami cari kabel-kabel data yang ada di rumah, dipas-pasin ternyata nggak ada yang pas, ya sudah biarpun belum bisa disambungkan ke speaker, yang penting sudah bisa buat dengerin radio rodja.

Jazaakallahu khoiron jauziy.. atas kesediannya mengantar diri ini sepanjang sore. Al afwu minkum, jadi nggak  ta'lim hari ini  karena hal ini.

Minggu, 14 November 2010

Mencari Kebahagiaan Semu

Satu tahun sudah aku menetap di sini. Kota kecil perbatasan Pekalongan dan Tegal. 'Ala kulli hal, kurasa aku mulai betah di sini. Aku memang tipikal orang yang tidak mudah beradaptasi, perlu waktu lama supaya aku bisa enjoy di sini. 
Setelah satu tahun di sini, tawaran itu datang lagi... tawaran untuk melanjutkan PPDS. Menggoda hatikah? tentu saja.. kurasa masih terselip keinginan di hatiku bisa sekolah spesialis. Apalagi dua temanku di sini, sudah mendahului melanjutkan PPDS 6 bulan yang lalu. Rasanya terlalu sayang kesempatan dilewatkan, apalagi dengan ikut program BK, mendapat bantuan pendidikan yang lumayan.
Aku lebih tergoda sekolah "lagi", ketika mendengar kedua juniorku yang dulu PTT bersamaku, keterima PPDS Anak dan Obgyn. Alhamdulillah. Barokallohu fiihumma Tapi benarkah melanjutkan PPDS yang terbaik juga untukku?
Kodratku adalah ibu rumah tangga bukan? aku bekerja gini aja sudah merupakan "polemik" tersendiri bagiku. Kalau boleh memilih, tentu aku lebih suka tinggal di dekat pondok, ngurusin kedua buah hatiku. Tapi sudahlah... takdirku di sini.

Teringat sekitar satu minggu lalu... ketika aku cerita ke suami, bahwa aku mendapat tawaran yang sama, suami ku "seperti biasa" menyerahkan semua padaku untuk mempertimbangkan keputusan akhirnya. tapi Beliau mengatakan : " Suami tidak bisa membayangkan ditinggal istri 5 tahun, ditinggal 5 hari saja sudah nggak karuan? Siapa yang membangunkan sholat ketika suami masih tidur ketika adzan berkumandang ? Siapa yang mengingatkan ketika suami futur jika berjauhan?"

Ya ALLOH...
Aku tahu kebahagiaanku bukan pada gelar duniawi seperti itu, biarpun kadang syaiton memberiku angan-angan, jika aku menjadi spesialis tentu aku bisa lebih bermanfaat buat akhowat.
Tapi siapa yang menjamin? Apakah ketika aku sekolah lagi, aku tetep bisa ta'alum? Bagaimana pendidikan anak-anakku nanti?  Apakah aku rela melewatkan setiap ba'da maghrib kesempatan belajar dengan anakku demi cita-cita duniawiku itu? Padahal betapa aku tahu, anakku begitu semangat belajar dengan aku setiap harinya. Aku telah banyak melewatkan hari-hari ketika mereka bayi ( karena saat itu aku masih coass dan PTT). Apakah aku tidak ingin menghabiskan waktu melihat perkembangan mereka? Apakah aku tetep mementingkan egoku semata? 
Ustadz Firanda di kajian tentang Ilmu, memang mengatakan kalau niat kita sekolah kedokteran ikhlas ingin memberi pengobatan yang relatif terjangkau, menolong banyak orang yang sakit, insya Alloh selama kita sekolah bernilai ibadah dan mendapat pahala (ini yang kadang membuatku termotivasi...). Tapi siapa yang menjamin setelah lulus aku tidak lebih "gila dunia" dibanding sekarang? Tuntutan sebagai dokter spesialis tentu lebih tinggi dibanding ini. 

Ingat wahai diri...
Cukuplah saat ini yang menjadi terbaik untukmu...
Cukuplah ketika ALLLOH memberi kecukupan dalam hidupmu. Tidak pernah satu haripun, merasa kelaparan. Tidak pernah merasa ketakutan tidak punya uang untuk membeli sesuap nasi.  Setiap hari merasa aman di rumahmu Masih bisa membantu orang walaupun cuma dokter umum. Banyak waktu luang yang bisa dihabiskan dengan suami dan anak-anakku. Diberi keistiqomahan menghadiri surga dunia setiap 2 kali seminggu. Diberi suami yang shalih, anak-anak yang menyenangkan, kendaraan yang baik, rumah yang nyaman, tetangga yang baik, Bukankah semua sudah cukup memberi kebahagiaan???
Jazaakillah khoir untuk temanku yang baik, untuk advicenya. Kurasa ini yang terbaik buat wid, vie... Ini aku tulis di sini, sebagai pengingat diri.

Disusun ketika Jamaah Haji sedang wukuf di Arofah 1431 H.

Sabtu, 06 November 2010

Ketika Buah Hati Sakit

Rasa cemas tentu dirasakan oleh setiap orangtua ketika buah hati sakit. tapi jangan dulu ke dokter apabila bayi ibu hanya mengalami penyakit ringan seperti pilek, karena umumnya bayi akan cepat sembuh.
Ibu harus segera ke dokter jika kondisi bayi :
  • Demam. Ini merupakan gejala infeksi sehingga perlu diobati segera terutama pada bayi baru lahir.
  • Buang air besar berkali-kali dan banyak (diare) atau sebaliknya sulit buang air besar.
  • Tidak mau menyusu.
  • Muntah beberapa kali.
  • Menangis tak henti-henti.
  • Perubahan pernafasan : terlalu cepat atau tidak teratur.
  • Ruam kulit yang tak kunjung sembuh dalam beberapa hari.
  • Warna kuning pada kulit bayi baru lahir.
  • Adanya cairan dari telinga, mata, hidung, alat kelamin serta bila tali pusat berbau, bercak merah atau menjadi lunak.

    Cara mengukur suhu bayi 
    Pengukuran suhu bayi baru lahir sebaiknya dilakukan di bawah ketiak atau di dalam dubur, dibandingkan melalui mulut.

    Cara pengukurannya sebagai berikut :
    a. Termometer ketiak :
    Kibas-kibaskan termometer sampai menunjukkan suhu di bawah 35 derajat celcius. Selipkan termometer pada ketiak 3-4 menit, sampai air raksa berhenti atau angka digitalnya tidak berubah lagi. Angkat dan lihat hasilnya. Suhu 37 derajat adalah suhu normal bagi bayi ibu.

    b. Termometer dubur :
    Oleskan sedikit baby oil pada ujung termometer. Baringkan bayi di atas pangkuan ibu, menghadap ke bawah, dan masukkan termometer sehingga ujung berbentuk bulat seluruhnya berada di lubang dubur, biarkan 2-3 menit sampai air raksa berhenti atau angka digitalnya tidask berubah lagi. Lalu keluarkan termometer perlahan-lahan.

    Perawatan mata, hidung, telinga dan kuku
    • Sebaiknya jangan memasukan benda apapun ke dalam telinga, mata dan hidung bayi.
    • Bersihkan bagian luar mata, hidung, telinga, mulut dengan kain lembut dan basah.
    • Jika hidung bayi ibu tersumbat, bisa dilakukan penghisapan cairan dengan tabung bola karet, sehingga mengurangi sumbatan. atau teteskan dengan obat tetes yang lembut dan khusus bayi.
    • Potonglah kuku dengan rata menggunakan gunting kuku khusus bayi. Lakukan di saat bayi tengah tidur.
    Sumber : Ikatan Dokter Anak Indonesia, Sentuhan pengasuhan Si Buah Hati.

    Rabu, 03 November 2010

    Wanna Be ...

    Sebenarnya menjadi dokter adalah profesi yang cukup menyenangkan, tapi ada kalanya jenuh, capek, bosen ... Apalagi kalau sudah capek, ada pasien yang gawat, perlu banyak berfikir, perlu konsultasi ke spesialis, ditambah keluarganya nggak kooperatif... huahh.. kudu benar-benar bisa meredam emosi. Makanya kalau jadi dokter tidak "ikhlas", akibatnya memang sering banyak komplain dari pasein atau keluarga pasien. Jadi langsung "introspeksi diri" dengan tulisan dek mutia di sini, pernah nggak ya aku seperti itu.. jutek ke pasien (mhh....). BTW, Alhamdulillah mempunyai suami yang selalu mengingatkan dengan kata mutiara ini :
    Amal duniawi orang yang selalu ingat (Alloh) akan menjadi ibadah, sedangkan Ibadah orang yang lalai (dengan Alloh) akan menjadi Amal duniawi.
    Sebenarnya punya keinginan lain selain jadi dokter yang selalu terfikir olehku :
    • Bertani : terutama setelah baca hadits ini.
    • Menulis : sebenarnya suka banget menulis, tapi kok setiap di depan komputer, jadi ilang ya... padahal kayaknya di pikiran banyak ide-ide, tapi ketika berusaha menuangkan ke tulisan jadi ngerasa kurang dan kurang (belum niat juga kali..). Mendapat inspirasi dengan buku "Kesaksian Seorang Dokter" karya Dr.Khalid, Sp. JP dan karya-karya Ustadz Abu Umar Basyir. Pengen nulis yang ringan tapi berfaidah. Mungkin tentang pengalaman-pengalamanku selama kuliah atau jadi dokter atau ketika mengenal manhaj salaf (hehehe..), sayangnya belum punya notebook sendiri, masih pinjam punya suami, semoga saja suami mengizinkan beli notebook sendiri (gimana abu harits? ^^)
    • Membuka toko perlengkapan haji (di sini belum ada, n kayaknya prospek banget)
    • Membuat perpustakaan gratis (supaya koleksi buku ku bermanfaat)
    Tapi tetap keinginan terbesar adalah menjadi istri shalihah dan ibu yang bisa mendidik anak-anaknya menjadi anak shalih.

    Semoga Alloh Azza wa jalla memberi kemudahan dan semua yang kulakukan ikhlas hanya mengharap ridho-Nya.