Selasa, 01 Februari 2011

Sekolah Pilihan Buat Anak

Dulu... sebelum mempunyai anak, sangat ingin ketika mempunyai anak bisa seperti Imam Syafi'i, yang bisa menghafal alQur'an di usia 7 tahun. Sehingga punya planning memasukkan anak-anak ke pondok pesantren sejak TK. Tetapi.. ketika sekarang, anakku sudah hampir SD, keinginan memasukkan anak ke pondok pesantren sedikit luntur... biarpun harapan supaya anak-anak bisa menghafal alQur'an tetap merupakan prioritas...
Banyak pertimbangan ketika aku tidak memasukkan anakku ke pondok sejak kecil, di samping "mendegar" nasehat beberapa ustadz yang kurang setuju anak kita dimasukkan pondok sejak kecil. Juga serelah mendengar cerita temanku yang menjadi ustadzah di sebuah ponpes, menceritakan bagaimana keadaan anak-anak kecil yang dipondokkan ortunya. Apalagi setelah membaca artikel ini, membuatku berfikir seratus kali ketika memasukkan anakku ke pondok di usia dini.

Siapa orang tua yang tidak ingin anaknya hafal alQur'an? yang bisa menghafal hadits-hadits dari Rosululloh shollaolohu 'Alaihi wasalam. Beberapa kali mendengar pembicaraan ummahat baik di dunia nyata maupun di dunia maya, sebagian besar pasti "bangga" jika anaknya di usia yang masih kecil, sudah hafal beberapa juz dan hafal banyak hadits. Terus terang aku kurang suka, membicarakan kemampuanku anakku di forum umum, baik cerita ke teman-teman, bahkan cerita ke sodara-sodaraku. Teringat aku dulu, sangat maluu jika ibuku menceritakan "prestasi" ku di depan banyak orang (cie.. sok berprestasi nih ceritanya ^^). Entahlah.. aku memang kurang suka terlalu diperhatikan dan dianggap berprestasi. Mungkin karena aku pribadi yang introvert.. lebih suka menghabiskan waktu di rumah, membaca buku, menulis, atau yang lain daripada pergi ke luar rumah dan bergaul dengan banyak orang.

Kembali ke sekolah buat anakku. Kurasa di pondok pun tidak menjamin bisa mendidik anak kita menjadi anak shalih. Banyak aku mendengar cerita, dulu anak yang mondok sejak kecil, ketika di usia 20 tahunan, dia malah nggak mau sekolah (apalagi ke pondok lagi), dia ingin menghabiskan waktu bersama umm nya, karena merasa kekurangan kasih sayang umm nya sejak kecil. Ada cerita juga, ketika masuk jenjang SMA malah milih masuk sekolah swasta yang notabene teman-temannya anak ugal-ugalan. Biarpun banyak juga lulusan pondok yang shalih dan menjadi ustadz, jadi nggak semua jelek juga. Tapi  persepsi yang salah, ketika kita menganggap dengan di pondok anak menjadi baik. Pengalaman dari sepupu juga, dia 3 tahun di pondok, keluar dari pondok malah nge-Band, ngerasa bebas dan nggak terkekang... :(; Berdasarkan pengalaman itu, makanya aku berusaha lebih obyektif memahami karakter anakku. Tidak lagi mementingkan egoku semata. Yah.. mungkin juga karena keegoisanku dan keinginanku saja, yang ingin banget anak-anakku hafal alQu'ran di usia dini, hafal hadits-hadits, 'n lebih fokus dalam belajar agama sehingga sangat ingin anakku ke pondok sejak kecil. Tapi benarkah itu yang terbaik buat mereka?

Lagipula bukankah kewajiban orang tua yang mengajarkan alQur'an pada anak? Bukankah jika kita sendiri yang mengajari anak-anak kita membaca, menulis, adab dan akhlak sehari-hari, do'a-do'a Rosullulloh shollollohu 'alaihi wa salam, kita yang akan mendapat manfaatnya baik dunia dan akhirat. Karena selain kita mendidiknya sendiri, kita juga akan terus mendapat pahala dari ilmu-ilmu tersebut jika diamalkan. Hmm... siapa coba yang tidak mau mendapat amal jariyah??? lagipula, kalau kita mengajari anak sendiri, mau nggak mau harus terus belajar lhoh... masak kita ngajari tapi nggak tahu apa-apa. hehehe.

Hanya berharap yang terbaik untukmu anakku.. semoga ALLOH subhanahu wa ta'ala senantiasa menjagamu, membimbingmu untuk menjadi anak yang sholih. Tidak membiarkan diri kita walau sekejab matapun dan selalu memperbaiki setiap keadaan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar