Sabtu, 05 November 2011

Cerita Tentang Hafshoh


Akhirnya bisa meluangkanwaktu  untuk menulis tentang Hafshoh,putri kecilku yang Alloh subhanahu wa ta’ala anugerahkan kepada kami tgl 8oktober 2011. Kami memberi nama putri kami dengan Hafshoh, teriring do’a supayabisa meniru keutamaan ummul mukminin Hafshoh bintu Umar bin khattabradhiyallahu anha dan Hafshoh bintu Sirin, seorang ulama wanita di zamantabi’in.

Hafshoh lahir dengan normal diRS. Proses persalinannya lebih lama dari Hanif (anakku yang ke-2), aku mulaimerasakan kontraksi rahim tanda mau melahirkan ( his ) jam 3 dini hari, kemudian aku diantar suami ke RS sekitar jam5 pagi habis sholat subuh. Hafshoh baru lahir jam 10 pagi. Setelah lahir, kamimencoba langsung IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Sekitar 1 jam-an, aku merasakangerakan putriku yang mungil (BB nya 3000 gram) di dadaku untuk mencari putingsusu.. masyaallah.

4 jam post partum aku mintapulang dari RS, APS pastinya  (pulangpaksa bahasa kerennya :p). Nggak betah di RS, ngerasa nggak nyaman baget. Jauhmerasa nyaman di rumah mungil kami di samping RS. Akhirnya jam 2 siang aku dan Hafshohpulang ke rumah.

Tiba di rumah, kakak-kakaknyalangsung menyambut kami dengan begitu bahagianya. Masyaaallah barokallohu fiihuma. Mereka berdua kelihatan sangatbahagia ketika melihat adik perempuannya sudah bisa menghirup udara dunia,bahkan keduanyalah yang sibuk menyiapkan tempat tidur untuk adik kecilnya. Abuharits sempat bercerita bahwa ketika abu harits pulang mengambil perlengkapanbuatku ketika aku mau melahirkan, sebenarnya Hanif sudah bangun. Awalnya Hanifingin ikut ke RS, tetapi setelah abuhu menjelaskan kalau umm nggak bolehditengok dulu, Hanif pun nurut dan mau menunggu di rumah saja dengan mas Harits.

Terselip perasaan haru di dalamhatiku biarpun selama kelahiran Hafshoh aku hanya didampingi suami. Nggak adaortu, mbakku, mertua ataupun sodara kami yang lain.  Ortuku nggak bisa langsung melihat cucunya karenamasih ada suatu kepentingan di rumah yang tidak bisa ditinggalkan. Mertuakujuga tidak bisa datang karena tidak ada yang mengantar. Tapi aku tetap bersyukurkarena ada suamiku yang bisa mendampingi dari awal sampai akhir prosespersalinan. Apalagi melihat kebahagiaan kakak-kakaknya setelah melihat adikkecilnya yang cantik, sama sekali tidak ada rasa cemburu di mata keduanya. Bahkandengan antusias mereka membagi kebahagiaannya dengan teman-temannya diperumahan, mereka menceritakan bahwa sekarang mereka mempunyai adik perempuanyang cantik.

Hari pertama mempunyai bayi tanpaada yang membantu lumayan repot juga, suamiku yang harus menangani semuanya karenakondisiku belum pulih 100 %. Suami yang mesti pontang panting kesana kemari.Setelah mengantar aku pulang dari RS, beliau mesti mencari beberapa perlengkapandan kebutuhan yang kami butuhkan, suamiku juga yang sibuk menyiapkan makanbuatku dan anak-anak, bahkan yang sering bangun di malam hari ketika Hafshohmenangis. Beliau yang sering mengganti popok ataupun menidurkan jika Hafshohterbangun di malam hari. Qodarulloh, aku terkena anemia (Hb-ku  8,1) jadinya aku merasa lemas, punggung dankaki pegal-pegal dan perdarahan pervaginam yang aku alami lumayan banyak.

Di hari ke-2, aku mulai mencobaberaktivitas biasa. Kondisiku sudah lebih baik, perdarahan jalan lahir jugasudah tidak sebanyak di hari pertama, selain itu aku paksa diri banyak makandan minum suplemen penambah darah (biarpun rasanya mual luar biasa). Yang masihmenjadi problem adalah ASI-ku belum lancar. Hafshoh jadi terlihat lebih kuruskarena kurang minum. Sebenarnya abu harits sudah membelikan sebuah sufor.Tetapi aku nggak mau memberikannya pada hafshoh, aku ingin Hafshoh hanya minumASI… 

Di hari ke-3, Hafshoh terlihat“kuning”. Aku tahu itu dikarenakan ASI-ku yang belum lancar. Biar begitu akutetap tidak memberi tambahan  sufor karenaku optimis itu kuning yang fisiologis. Biarpun terlihat kuning, Hafshoh tetapaktif dan tidak lesu, nenennya juga masih kuat. Makanya aku meyakinkan dirikusendiri bahwa ASI-ku pasti cukup. Aku paksa diri banyak makan, minum dan minumlancar ASI (padahal cium baunya saja sudah mual…). Alhamdulillah setelah harike-5, ASI ku mulai lancar. Dan “kuning” di Hafshoh pun sedikit demi sedikitmulai menghilang.

Kami mendapat tamu hampir setiaphari  setelah kelahiran Hafshoh. Baikteman di RS, teman kerja suami, teman ta’lim, tetangga di perumahan maupunteman ketemu di jalan (??). Masyaaallah.. nggak nyangka dan terharu banget.Biarpun keluarga kami tidak ada, kami sedikit terhibur dengan kedatanganteman-teman. Kami hanya bisa menjamu seadanya karena keterbatasan kondisi kami.Semoga saja Alloh membalas kebaikan semua teman kami dengan balasan yang jauhlebih baik.

Setelah mempunyai 3 anak ini, akubaru bisa benar-benar merasakan begitu berartinya seorang anak. Bukan berartiketika baru mempunyai 1 anak, tidak merasa berarti.. tetapi mempunyai 3 oranganak kita akan merasa “lebih” berarti. Tentu saja kami lebih repot dan lebihbanyak biaya yang dibutuhkan, tetapi semua tidak terukur dengan anugerah yangtelah Alloh azza wa jalla berikan ini. Dan setiap anak pasti membawa rezekimasing-masing. Jadi tidak usah khawatir kalau akan kekurangan denganbertambahnya anak kita. Benarlah kata seorang ustadz bahwa mempunyai 2 anakcukup, 3 anak baik, 4 anak lebih baik, 5 anak istimewa… semakin banyak anak,semakin luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar