Minggu, 10 Januari 2010

Ku-Juga Ingin Seperti Ummahat Yang Lain

Hari ini umm harus jaga malam lagi. Maafkan ummi anakku...umm tidak bisa menemani mas Harits dan dek Hanif bobok lagi malam ini. Anakku yang besar bertanya, "Kok ummi jaga terus, Harits boboknya sama siapa?" Ada perasaan sedih mendengar pertanyaan polos anakku.  "Sama Abi dulu ya, Insya ALLAH  besok sama ummi."

Dulu Al harits sempat tak ajak tidur di RS kalau aku jaga malam, tapi karena kamarnya pake AC, esok harinya pasti asmanya kambuh. Sejak itu, Al Harits tidak pernah tidur di RS lagi. Lagipula kalau  ada pasien atau konsulan, Al harits inginnya ngikut di belakang, ada perasaan cemas kalau dia  tertular penyakit pasien.

Di dalam lubuk hati, aku tidak ingin bekerja di RS seperti ini. Aku ingin seperti ummahat yang lain, mengabdikan seluruh waktunya untuk suami dan anaknya di rumah. Tetapi ada banyak pertimbangan, ada banyak alasan sehingga akhirnya kuharus menempuh jalan ini. Hanya kepada ALLAH tempat mengadu.

Ketika memutuskan pindah ke Pemalang sebenarnya keinginanku adalah ditempatkan di Puskesmas. Aku melihat jadi Dokter Puskesmas sepertinya "nyante". Tidak ada jaga malam, datang jam 8 pulang jam 12-an, sehingga aku punya banyak waktu di rumah. Qodarullah aku ditempatkan di RS. Sekarang aku menyadari bahwa ini adalah pilihan yang terbaik yang ALLAH berikan. Walaupun tidak se"nyante' Puskesmas, kerja di RS liburnya lebih banyak. Jadwalnya pun bisa diatur sesuai keinginan kita. Dari segi pakaian juga tidak ada "seragam", terserah mau pakai baju apa saja (dan ini yang paling kusuka), aku tetap bisa pake jubah, di RS juga tidak perlu membuat laporan-laporan, penyuluhan, atau pekerjaan lain di luar jam kerja. Ketika lepas dinas, kita benar-benar lepas tanggung jawab. Aku bisa benar-benar full menjadi isteri dan ibu buat anak-anakku.

Di luar RS, aku memang melepaskan profesiku, aku memberikan waktuku untuk keluargaku. Awalnya aku tidak mencari khadimat. Apalagi anak-anakku sudah sekolah semua. Al harits TK, dek Hanif ikut KBIT. Semua pekerjaan rumah tangga kukerjakan sendiri. Kalau jaga sore atau jaga malam anak-anak ikut Abinya. Kalau abinya lagi ada pekerjaan, tak ajak ke RS dulu sambil menunggu dijemput abinya. Aku merasa nyaman dengan semua itu. Tetapi tenagaku ternyata tidak sebesar keinginanku, tidak tahu karena kecapekan atau apa, aku terkena abortus (hamil 8 minggu, 1 minggu keluar flek-flek terus). Qodarullah kehamilanku tidak bisa dipertahankan, sehingga harus dikuret (ternyata mola hidatidosa).

Sejak itu suamiku menyarankan cari pembantu, minimal buat bersih-bersih rumah, nyuci dan nyetrika. Alhamdulillah kami dapat seorang ibu yang memang benar-benar membutuhkan pekerjaan. Dia datang tiap  hari jam 6.30 pagi, pulang jam 2 siang, hari ahad libur. Ternyata memang membantu sekali. Sekarang tidak ada lagi pakaian kotor, tumpukan setrikaan ataupun tumpukan piring kotor, rumahpun kelihatan lebih bersih dan rapi. Akupun lebih intens untuk mengurus anak-anakku. Apalagi Al Harits lagi senang-senangnya belajar dan dibacakan cerita. Jika di rumah ummi bisa lebih banyak waktu menemani mas Harits dan dek Hanif bermain dan belajar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar