Kamis, 25 Februari 2010

Mengenal Gangguan Kebiasaan Pada Buah Hati


Seorang anak sangat peka terhadap kasih sayang, mereka mengetahui dan lekas merasa dicintaikah atau tidak. Jika merasa tidak dicintai dan diperhatikan oleh orang tuanya, anak akan merasa tidak aman lalu timbul ketegangan yang dapat mengakibatkan gejala berupa timbulnya kebiasaan-kebiasaan jelek yang disebut gangguan kebiasaan. Gangguan kebiasaan pada anak ini merupakan suatu penyaluran dari suatu ketegangan emosional (tensional outlet) bagi seorang anak. Gangguan kebiasaan pada anak dapat berupa : kebiasaan mengisap jari, mengisap lidah, menggigit kuku, mengguling-gulingkan kepala, mencabut rambut, gagap, menangis,n merengek-rengek dsb.
Berikut ini akan diuraikan secara terperinci beberapa gangguan kebiasaan pada anak-anak :
1. Enuresis (Ngompol)
Ngompol adalah keadaan dimana anak tidak dapat menahan kencing sesudah umur 5 tahun. Enuresis nokturna adalah ngompol pada malam hari dan enuresis diurnal terjadi pada siang hari. Ngompol merupakan gangguan kebiasaan yang sering dijumpai pada anak-anak. Sekitar 1-5 % anak menderita gangguan kebiasaan ini, dan terjadi lebih sering pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Gejala yang Timbul
Ngompol bisa bersifat menetap (primer), dimana pada malam hari anak selalu ngompol, dan tipe regresif (sekunder) dimana anak yang sudah tidak ngompol sekurang-kurangnya dalam 1 tahun mulai ngompol lagi. Sekitar 75% dari semua anak yang ngompol merupakan tipe primer. Tetapi pada anak usia akhir SD biasanya menderita ngompol tipe regresif.
Ngompol yang bersifat menetap biasanya sering karena pelatihan untuk buang air kecil yang tidak tepat atau tidak memadai. Orang tua yang menuntut secara paksa anak untuk segera bisa buang air kecil sendiri dapat menimbukan respon marah, anak secara tidak sadar menentangnya dengan mengompol. Sebaliknya orang tua yang tidak cukup memberi dukungan dan latihan buang air kecil dapat mengurangi upaya anak untuk menahan kencing. Stress psikologis yang lama yang terjadi selama periode anak belajar berjalan walaupun  tidak terkait dengan pengalaman pelatihan buang air keci  juga dapat menganggu kemampuan anak untuk mengontrol kencing.
Ngompol tipe regresif biasanya dipengaruhi peristiwa-peristiwa lingkungan yang penuh tekanan, seperti pindah rumah baru, konfik pernikahan orang tua, kelahiran saudara kandung atau kematian dalam keluarga. Ngompol ini bersifat sementara dan terjadi cuma sebentar. Biasanya tipe ini cepat sembuh.
Penanganan
Penanganan ngompol pada anak tergantung pada faktor penyebabnya. Penanganan harus memperhatikan faktor psikis, sosial dan lingkungan anak. Beberapa hal berikut dapat dilakukan jika anak kita masih ngompol:
a)      Pemberian hadiah atau pujian. Jika pada suatu malam anak kita sudah tidak ngompol berikan suatu hadiah/pujian. Berikan hadiah yang lebih besar atau lebih anak sukai jika ternyata dia sudah tidak ngompol pada lebih banyak malam.
b)      Setelah makan malam, jangan berikan minuman atau makanan cair pada anak.
c)      Sebelum tidur, anak disuruh buang air kecil terlebih dahulu.
d)     Membangunkan anak secara berulang-ulang untuk mengantarkannya ke kamar mandi, hal ini berguna bagi beberapa anak. Tapi dapat menimbulkan dan membangkitkan amarah pada beberapa anak yang lain.
e)      Pada anak yang sudah besar diminta mencuci sprei dan celananya sendiri yang kena ompol.
f)       Jalinlah komunikasi yang baik dengan anak, bantu anak mengatasi masalahnya.
g)      Hindari pemberian hukuman atau penghinaan pada anak yang masih ngompol.
h)      Penggunaan aat-alat pembantu (mialnya alarm yang berbunyi) sebaiknya dihindari, jika sangat diperukan sebaiknya harus dengan persetujuan anak.
i)        Konsutasilah dengan dokter anak atau dokter syaraf untuk mengetahui apakah terdapat kelainan pada organ saluran kencing atau tidak.
2. Enkopresis
Anak-anak yang berumur 2-3 tahun biasanya sudah tidak berak di celana lagi. Bila hal ini sekali-kali terjadi, tidak usah dikhawatirkan, sebab mungkin anak baru sakit atau karena rangsangan emosional yang hebat. Akan tetapi jika sesudah umur 3-4 tahun seorang anak masih buang air besar di celana, maka hal tersebut harus di”khawatirkan”. Gangguan ini terutama pada anak aki-laki dan biasanya pada anak dengan sosial ekonomi yang rendah. Enkopresis menunjukkan gangguan emosi yang lebih serius daripada ngompol dan sering terkait dengan amarah. 
Faktor Penyebab Enkopresis Antara Lain :
a)      Kelainan saluran pencernaan dan feces. Misalnya konstipasi kronis, tinja keras, dan mencret terus menerus pada anak.
b)       Retardasi mental.
c)      Latihan yang salah : ibu yang tergesa-gesa melatih anaknya sebelum waktunya (sebelum umur 1 tahun seorang anak belum dapat mengontrol BAB nya), sehingga anak menjadi bingung dan takut. Atau anak kurang mendapat perhatian orang tua sehingga kurang latihan.
d)     Adanya gangguan emosional, misalnya rasa iri pada adik yang baru lahir, merasa tidak diperhatikan dll.
Penanganan
a)      Tindakan seperti pada kasus ngompol bisa digunakan pada kasus ini. Tapi ada beberapa hal yang memerlukan penanganan yang berbeda.
b)      Jika disebabkan konstipasi kronis, maka sebaiknya orang tua lebih memperhatikan makanan anak, beri banyak buah-buahan dan makanan berserat tinggi.
c)      Latih anak untuk duduk di toilet sekitar 10-15 menit selesai makan.
d)     Beri anak hadiah jika sudah tidak BAB di celana lagi.

3. Menghisap Jari
Untuk bayi menghisap jari merupakan hal yang normal. Akan tetapi bia seorang anak masih menghisap jari setelah umur 3-4 tahun, maka biasanya ada ketegangan emosional padanya. Orangtua sering menjadi gelisah bia melihat anaknya menghisap jari. Yang dari kalangan intelektual khawatir timbulnya kelainan pada rahang atau anak mendapat radang saluran cerna. Oleh karena itu anak yang menghisap jari sering dimarahi, diancam hukuman atau dibuat malu oeh orang tuanya. Padahal  hal tersebut bisa menimbukan rasa salah dan rendah diri pada anak dan justru menambah ketegangan emosional yang sudah ada. Bagaimanakah sebaiknya sikap orang tua terhadap anak yang menghisap jari dan bagaimanakah pencegahannya? Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.       Pada masa bayi diberikan cukup waktu untuk menghisap. Menurut banyak peneliti, kebiasaan menghisap jari lebih sering terjadi pada anak – anak yang kurang diberi kesempatan menghisap, misalnya pada bayi-bayi yang cepat disapih.
b.      Diselidiki keadaan emosional anak. Bagaimanakah hubungan orang tua denagn anak? Bila ada ketegangan emosional, maka hal ini peru diperbaiki. Berikan lebih banyak perhatian pada anak.
c.       Bila anak masih tetap menghisap, biarkanlah hingga anak berumur kira-kira 5 tahun. Biasanya setelah umur 5 tahun anak lebih koperatif, dan lebih mudah diajak komunikasi, sehingga bisa diberitahu bahwa hal tersebut adaah kebiasaan yang tidak baik.
d.      Berikan anak permainan atau minat yang anak sukai sehingga dengan begitu anak akan merasa puas dan lebih ceria.Sehingga kemungkinan meluapkan emosi dengan menghisap jari lebih rendah.
e.       Jika anak sudah mulai mencoba dengan aktif mengendalikan kebiasaan menghisap jari berikan pujian dan dorongan. Sehingga dengan begitu anak akan lebih termotivasi menghiangkan kebiasaan tersebut.
Demikianlah beberapa gangguan kebiasaan yang sering terjadi pada anak-anak. Semoga bermanfaat. Allohu a’lam. (ummu abdirrahman al harits, dr )
Maraji’ :
1.      Nelson, Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
2.      Maramis, W.F. 1994. Catatan Imu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.
3.      Mardjono, Mahar. 2000. Neuroogi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta.
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar