Senin, 28 Desember 2009

Matikan TV, Hidupkan Buku

Sungguh teramat memprihatinkan ketika proses pembelajaran di keluarga sekarang ini didominasi hasil didikan televisi. orang tua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, dan anakpun lebih asyik ditemani TV daripada bercanda dengan keluarga. Kenyataannya di negara ini kebanyakan anak-anaknya memang lebih bersahabat dengan televisi daripada dengan bacaan. Didukung dengan derasnya program TV di negeri ini, membuat anak betah berlama-lama nongkrong di depan TV daripada membaca. 

Demikian juga terhadap kemajuan di bidang teknologi, yakni berkembangnya teknologi tingkat tinggi seperti komputer, video game dan sebagainya. Di satu sisi, teknologi mampu mendatangkan banyak manfaat akan tetapi dampak lain yang perlu diwaspadai adalah kegemaran anak untuk berlama-lama di depan game akan menjauhkan anak dari aktivitas membaca.

Berdasarkan hasil survei dari komunitas TV sehat yakni YPMA (Yayasan Pengembangan Media Anak), jumlah jam menonton TV anak Indonesia adalah 30-35 jam per pekan. padahal berdasarkan survei YPMA terhadap 1106 tayangan anak yang diputar di stasiun TV pada tahun 2006, hanya 27% yang aman dari seks dan kekerasan, sedangkan 73% berbahaya. meskipun terkadang materinya berupa film kartun, ketika diteliti ternyata tontonan orang dewasa.Data ini belum termasuk tayangan dewasa yang juga ditonton anak-anak, yang tentunya lebih ngeri lagi. padahal dampak negatif dari menonton TV bagi anak-anak kita sungguhlah besar.

Pada usia 0-3 tahun, anak yang sering melihat TV akan terganggu perkembangan otaknya yang berdampak pada perkembangan bicara dan kemampuan membaca verbal maupun kemampuan pemahamannya. Pada usia 0-5 tahun, akan menghambat kemampuan dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan. Anak cenderung agresif dan konsumtif. Bahasa televisi yang singkat, simpel dan memikat membuat anak sering ketagihan dan membuat malas belajar. Orang yang kebanyakan menonton televisi menjadi tidak suka membaca, pola pikirnya linier, tidak kritis dan tidak kreatif. Padahal membaca adalah kunci untuk mendapatkan ilmu. kunci untuk membangun suatu peradaban. Jadi masih adakah alasan untuk masih mempunyai televisi di rumah??? Ayo kita mulai membuang televisi dari rumah kita, dan memulai untuk membiasakan membaca pada keluarga kita.

Sumber :Elly Damaiwati, Karena Buku Senikmat Susu, , Afra Publishing, 2007 (dengan sedikit perubahan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar